“Kata baku adalah kata yang penggunaanya sudah sesuai dengan kaidah atau pedoman bahasa Indonesia yang telah ditentukan.”
Anda pasti pernah melihat penulisan kata yang berbeda di berbagai tempat, bukan? Bagi Anda yang peduli, pastinya akan menimbulkan pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah. Diperlukan latihan untuk membiasakan menulis dengan kalimat yang baik dan benar. Menurut Anda apa sih kata yang baik dan benar itu? Ya, kata yang benar sesuai kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan disebut kata baku.
Mungkin Anda sudah sering mendengar kata baku, bahkan sejak sekolah dasar. Supaya Anda lebih memahami apa itu kata baku, mari simak artikel ini dengan saksama!
1. Pengertian Kata Baku
Kata baku adalah kata yang penggunaanya sudah sesuai dengan kaidah atau pedoman bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
Pengertian kata baku juga dapat didefinisikan sebagai kata yang sudah benar dari segi aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah Bahasa Indonesia ini dikenal sebagai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau tata bahasa baku.
Sumber rujukan untuk bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata kamus merupakan serapan dari bahasa Arab yaitu qamus. Secara historis, kata kamus berasal dari bahasa Yunani yakni okeanos yang berarti lautan.
Berdasarkan arti kamus sendiri dapat disimpulkan bahwa kamus memiliki arti yakni merupakan wadah atau sekumpulan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan bahasa.
Umumnya, bahasa baku digunakan pada acara-acara resmi atau ilmiah, baik berupa pengungkapan kata-kata maupun suatu tulisan.
Supaya Anda memahami lebih dalam pengertian kata baku, berikut beberapa definisi kata baku menurut beberapa para ahli.
Menurut Kokasi dan Hermawan (2012), kata baku merupakan pengucapan atau cara penulisan kata yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Atruran standar itu dapat berupa EYD, kamus umum, ataupun tata bahasa baku.
Menurut Mulyono (2011), bahasa baku merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam komunikasi mengenai ilmu pengetahuan.
Chaer (2011) mengungkapkan bahwa kata baku adalah kata-kata yang lazim digunakan pada situasi formal ataupun resmi. Kriteria kata baku dan tidak suatu kata dapat dilihat dari segi lafal, ejaan, kenasionalan, dan gramatikal.
[read more]
2. Perbedaan dengan Kata Tidak Baku
Berbicara tentang kata baku, dikenal juga kata tidak baku. Kata tidak baku merupakan kata yang penggunaannya tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
Kata tidak baku sering digunakan dalam bahasa tutur atau dalam percakapan sehari-hari yang cenderung santai. Kata tidak baku memiliki fungsi keakraban yang dapat mendekatkan satu sama lain.
Beberapa orang tidak dapat membedakan yang mana kata baku atau tidak. Bahkan, beberapa orang keliru menganggap kata yang sering dipakai olehnya merupakan kata baku yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Adapun beberapa penyebab munculnya kata baku dalam sebuah tulisan antara lain:
- Ketidaktahuan bentuk penulisan dari kata yang dimaksud
- Tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan kata
- Terpengaruh oleh orang-orang yang terbiasa menggunakan kata tidak baku
- Sudah terbiasa menggunakan kata tidak baku
3. Ciri-ciri Kata Baku
Agar penggunaan kata yang digunakan benar dalam tulisan maupun ucapan, perlu diketahuinya ciri-ciri terkait kata baku agar dapat lebih memahaminya. Secara umum, ciri-ciri kata baku adalah sebagai berikut:
- Kata baku tidak dipengaruhi bahasa asing
Contohnya: Ekspor (baku) – eksport (tidak baku) - Kata baku tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contohnya: Saya (baku) – Gue (tidak baku) - Bentuknya tetap dan tidak mudah berubah
- Memiliki arti yang pasti, tidak berlebihan, dan tidak rancu
Contohnya: mengesampingkan (baku) – mengenyampingkan (tidak baku), berkali-kali (baku) – berulangkali (tidak baku) - Kata baku tidak mengandung arti pleonasme (pemakaian kata yang lebih dari apa yang diperlukan)
Contohnya: para dosen (baku) – banyak para dosen (tidak baku), sekali saja (baku) – hanya sekali saja (tidak baku) - Penggunaan kata baku sesuai dengan konteks kalimat
- Tidak mengandung hiperkorek
Contohnya: diagnosis (baku) – diagnosa (tidak baku), apotek (baku) – apotik (tidak baku) - Bukan merupakan bahasa percakapan sehari-hari
Contohnya: tidak (baku) – enggak (tidak baku)
Berlawanan dengan kata baku, kata tidak baku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Terpengaruh oleh bahasa asing ataupun bahasa daerah
- Penggunaannya dipengaruhi oleh perkembangan zaman
- Digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung santai
- Dapat dibuat siapa saja sesuai keinginan
4. Fungsi Kata Baku
Terdapat beberapa fungsi dari kata baku. Secara umum, terdapat empat fungsi kata baku yaitu kata baku yang berfungsi sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawan, dan kerangka acuan.
4.1 Pemersatu
Anda pasti kenal betul bahwa Indonesia merupakan Negara yang heterogen dimana terdiri dari berbagai macam suku dan etnis.
Keragaman tersebut menyebabkan bahasa daerah di Indonesia berbeda-berbeda sehingga diperlukan sebuah formulasi bahasa untuk mempersatukannya.
Hadirnya kata baku berfungsi sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia.
4.2 Pemberi Kekhasan
Kata baku juga dapat berfungsi sebagai pemberi kekhasan bagi bangsa Indonesia. Hal ini dapat menjadi pembeda antara bahasa bangsa Indonesia dengan bahasa-bangsa lainnya.
Bisa dikatakan bahwa bahasa baku merupakan identitas Indonesia atau jadi diri bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Penerapan kata baku yang baik dan benar dapat meningkatkan dan memperkuat rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
4.3 Pemberi Kewibawaan
Penggunaan bahasa baku, baik dalam sebuah tulisan maupun lisan dapat memberikan kewibaan bagi penggunanya.
Di mata orang lain, setiap orang yang bertutur kata dengan baik dapat memperoleh kehormatan dan kewibaan. Jadi, bagi Anda yang ingin meningkatkan kewibawan pastikan Anda sudah menggunakan bahasa baku yang baik dan benar.
4.4 Kerangka Acuan
Penerapan bahasa baku yang sesuai kaidah bahasa merupakan sebuah tolak ukur ketepatan pemakaian bahasa bagi seseorang.
5. Beberapa Kondisi yang Mengharuskan Menggunakan Kata Baku
Penerapan kata tidak baku sangat perlu dihindari dalam beberapa kondisi. Penggunaan bahasa santai memiliki tempat dan waktunya masing-masing. Kata tidak baku tidak dianjurkan jika digunakan dalam komunikasi resmi, berbicara di di depan umum, berbicara kepada orang yang dihormati, dan wacana teknis.
5.1 Komunikasi Resmi
Anda tidak dianjurkan menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari dalam sebuah komunikasi resmi. Bukan hanya untuk meningkatkan kewibawaan, melainkan agar tujuan suatu pesan yang disampaikan tersampaikan dengan baik kepada semua orang.
Hal tersebut dapat mengurangi kesalahpahaman pendengar atau pembaca dalam mengartikan sebuah maksud.
Oleh karena itu, dalam sebuah komunikasi resmi seperti rapat dan pertemuan formal lainnya sangat dianjurkan menggunakan bahasa baku.
Contoh dari komunikasi resmi adalah perundang-undangan, surat menyurat antar lembaga (surat niaga ataupun surat dinas), pengumuman resmi suatu instansi, penamaan resmi dan peristilahan, dan lainnya.
5.2 Berbicara di Depan Umum
Pernahkah Anda melihat seseorang sedang berpidato? Pidato merupakan salah satu contoh berbicara pada khalayak umum. Ketika Anda akan melakukan pidato dalam sebuah kegiatan sangat dianjurkan menggunakan bahasa baku agar kewibawaan Anda di depan orang meningkatnya.
Meningkatnya kewibawaan di hadapan orang akan mengoptimalkan pesan tersampaikan dengan baik dan benar.
Sudah sepantasnya Anda menggunakan bahasa baku dalam komunikasi bersifat resmi.
Contoh lain, berbicara di depan umum selain pidato ialah kuliah, presentasi, pembawa acara formal, diskusi ilmiah, seminar, karya ilmiah, dan lain-lain.
5.3 Berbicara Kepada Orang yang Dihormati
Berbicara dengan orang yang dihormati seperti orang tua, guru, pejabat negara ataupun dosen Anda harus menggunakan bahasa baku yang baik dan benar.
Hal ini merupakan upaya menunjukkan rasa hormat Anda terhadap posisi yang dimilikinya.
Penggunaan bahasa tidak baku kepada orang yang sepatutnya dihormati merupakan sebuah tindakan tidak sopan dalam berbicara. Oleh karena itu, kata baku sangat penting digunakan untuk menjaga etika dalam berbicara.
5.4 Wacana Teknis
Sama halnya seperti forum resmi, dalam wacana teknis Anda sangat perlu menggunakan bahasa baku. Hal ini agar pesan yang disampaikan tidak menyebabkan kesalahpahaman bagi pendengar ataupun pembaca. Penggunaan bahasa tidak baku memperbesar kemungkinan terjadinya gagal teknis.
6. Sumber Serapan Kata Baku
Kata-kata dalam bahasa baku banyak menyerap dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa asing maupun bahasa daerah. Beberapa bahasa yang umum dijadikan sebagai serapan yaitu bahasa Melayu, asing dan beberapa daerah di Indonesia.
6.1 Bahasa Melayu
Jika memenuhi persyaratan ini, kosakata dalam bahasa Melayu dapat dijadikan sumber serapan dari bahasa baku:
- Kata yang paling tepat dan tidak menyimpang dari maknanya jika ada dua kata atau lebih yang memiliki makna yang hampir sama.
- Kata yang penulisannya paling singkat, jika ada dua kata atau lebih yang memiliki makna dan tujuan yang sama.
- Kata yang bernilai, yaitu kata yang baik dan enak didengar.
- Kata umum yang diberi makna baru atau makna khusus guna menyempitkan atau meluaskan makna asalnya.
6.2 Bahasa Daerah
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Terlepas dari itu, hal tersebut tidak membuat bahasa Indonesia tidak terpengaruh oleh unsur-unsur bahasa daerah.
Kontribusi kosakata bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia cukup besar, baik yang sudah diterima menjadi bagian bahasa Indonesia maupun yang belum diketahui penyempurnaannya.
Contohnya: Coba berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu cuba, durhaka berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu duraka, garam berasal dari Jawa Kuno yaitu garem, dan lain sebagainya.
6.3 Bahasa Asing
Sumber bahasa asing diserap atau digunakan sebagai serapan pembentukan istilah yang tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Beberapa bahasa asing yang sering diserap oleh bahasa Indonesia adalah bahasa Arab, Belanda, Inggris, Portugis, dan China.
Terdapat dua dasar yang harus diperhatikan dalam proses penyerapan bahasa asing menjadi bahasa Indonesia yaitu:
- Jika diperlukan penyerapan istilah dari bahasa asing, maka sumber bahasa utama yang dipakai adalah bahasa inggris. Hal ini diambil atas dasar pertimbangan bahwa bahasa inggris adalah bahasa yang diakui dan dipakai Internasional.
- Jika istilah asing yang diperlukan itu tidak memiliki atau tidak dapat diganti dengan kata-kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia maupun bahasa daerah, maka istilah asing tersebut dapat Anda ambil dengan memperhatikan bentuk visual atau tulisannya bukan pengucapannya.
Contohnya:
- Edisi berasal dari bahasa Inggris yaitu edition
- Butik berasal dari bahasaa Belanda yaitu boetiek
- Bangku berasal dari bahasa Portugis yaitu banco
- Kabar berasal dari bahasa Arab yaitu kahabar
- Bakiak berasal dari bahasa China yaitu bakiak
7. Kata Baku dalam Berbagai Segi
7.1. Baku Dari Segi Lafal
Berbagai daerah di Indonesia memiliki dialeknya masing-masing sehingga bahasa Indonesia perlu dibakukan dari segi lafal. Baku dari segi lafal merupakan lafal yang sudah tidak menampakan lagi ciri-ciri dari bahasa serapan, baik bahasa asing maupun daerah.
Ketika bahasa tidak baku dari segi lafal dalam bahasa lisan, cepat atau lambat akan muncul dalam berupa tulisan bagi yang sudah terbiasa dan terpengaruh.
Contohnya: gubug (gubuk), dudu’ (duduk), bawak (bawa), enem (enam), dan lain sebagainya.
7.2. Baku Dari Segi Ejaan
Sejak tahun 1972, ejaan bahasa Indonesia telah dibakukan sesuai dengan kaidah bahasa yang telah ditentukan yang disebut dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Oleh karena itu, semua kata yang tidak sesuai dengan EYD merupakan kata tidak baku.
Contohnya: atlit (atlet), praktek (praktik), aktip (aktif), apotik (apotek), dan lain-lain.
7.3. Baku Dari Segi Gramatikal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gramatikal diartikan sebagai sesuai dengan tata bahasa atau menurut tata bahasa. Oleh karena itu, bahasa baku harus sesuai dengan kaidah-kaidah gramtikal yang telah ditentukan.
Contohnya: ngontrak (mengontrak), ngikut (mengikuti), dan lain-lain.
7.4. Baku Dari Bahasa Nasional
Dalam forum atau penulisan bersifat resmi, sebaiknya kosakata yang bersifat kedaerahan dihindari. Namun, jika bahasa daerah tersebut sudah digunakan secara nasional dan telah disempurnakan boleh saja untuk digunakan.
Contohnya: semrawut (kacau), banget (sekali), ngomong (bicara), dan lain sebagainya.
7.5. Baku Dari Bahasa Asing
Terdapat beberapa kata serapan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing yang telah disempurnakan. Hal tersebut dilakukan karena kosakata tersebut tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia terdahulu.
Contohnya: standard (standar), certifikat (sertifikat), analisa (analisis), aktip (aktif), dan lain-lain.
8. Tips Menguasai Kata Baku
Ada berbagai tips yang dapat diterapkan ketika Anda ingin menguasai bahasa baku. Berikut diuraikan beberapa tips yang dapat Anda terapkan:
- Menghafal kata sesuai kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan atau sesuai dengan EYD. Hal ini penting dilakukan, mengingat terdapat banyak kata tidak baku yang dianggap baku. Agar hal tersebut terhindarkan, menghafal kata baku merupakan salah satu cara megurangi kesalahan dalam pengucapan maupun tulisan.
- Membiasakan menggunakan kata baku. Ketika Anda sering menggunakan kata baku baik dalam tulisan maupun lisan, otak Anda akan mengingatnya dalam jangka panjang. Intensitas Anda menggunakan bahasa baku sangat efektif dalam hal ini.
- Jika terdapat keraguan menentukan bahasa baku, Anda tidak perlu khawatir. Anda juga tidak perlu menyimpulkan sendiri kata yang menurut Anda sudah baku. Anda hanya perlu membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan mengeceknya, apakah kata tersebut tercantum dalam kamus. Jika tidak, berarti kata tersebut tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan. KBBI sendiri sekarang sudah mudah diakses di internet ataupun aplikasi di gawai-gawai kesayangan Anda.
9. Contoh Lengkap Kata Baku
Berikut kata-kata baku beserta kata tidak bakunya agar Anda lebih mantap memahami bahasa baku.
No. | Kata Baku | Kata Tidak Baku |
1 | Abjad | Abjat |
2 | Advokat | Adpokat |
3 | Aktif | Aktip |
4 | Aktivitas | Aktifitas |
5 | Apotek | Apotik |
6 | Al Quran | alquran |
7 | Akhirat | Akherat |
8 | Aksesoris | Asesoris |
9 | Akuarium | Aquarium |
10 | Aluminium | Alumunium |
11 | Amendemen | Amandemen |
12 | Ambeien | Ambeyen |
13 | Ambulans | Ambulan |
14 | Amfibi | Amphibi |
15 | Analisis | Analisa |
16 | Andal | Handal |
17 | Antre | Antri |
18 | Anugerah | Anugrah |
19 | Asas | Azas |
20 | Asasi | Azasi |
21 | Astronaut | Astronot |
22 | Ateis | Atheis |
23 | Atlet | Atlit |
24 | Autopsi | Otopsi |
25 | Azan | Adzan |
26 | Atmosfer | Atmosfir |
27 | Balans | Balan |
28 | Balsam | Balsem |
29 | Balig | Baligh |
30 | Batalion | Batalyon |
31 | Baterai | Baterei |
32 | Baut | Baud |
33 | Becermin | Bercermin |
34 | Belum | Belom |
35 | Berandal | Brandal |
36 | Berpikir | Berfikir |
37 | Besok | Esok |
38 | Blanko | Blangko |
39 | Brankas | Brangkas |
40 | Boks | Bok |
41 | Bosan | Bosen |
42 | Budek | Budeg |
43 | Bujet | Budjet |
44 | Bus | Bis |
45 | Cabai | Cabe |
46 | Capai | Capek |
47 | Cendekiawan | Cendikiawan |
48 | Cendera mata | Cenderamata |
49 | Cengkeram | Cengkram |
50 | Cengkih | Cengkeh |
51 | Cedera | Cidera |
52 | Cokelat | Coklat |
53 | Daftar | Daptar |
54 | Debitur | Debitor |
55 | Dekret | Dekrit |
56 | Deviasi | Defiasi |
57 | Dahsyat | Dasyat |
58 | Definisi | Difinisi |
59 | Depot | Depo |
60 | Derajat | Derajad |
61 | Desain | Design |
62 | Detail | Detil |
63 | Detergen | Deterjen |
64 | Durian | Duren |
65 | Diagnosis | Diagnosa |
66 | Diskotek | Diskotik |
67 | Diesel | Disel |
68 | Dipersilakan | Dipersilahkan |
69 | Dolar | Dollar |
70 | Drainase | Drainage |
71 | Dramatisasi | Dramatisir |
72 | Ekosistem | Ekosistim |
73 | Ekspor | Eksport |
74 | Ekspres | Expres |
75 | Ekstrem | Ekstrim |
76 | Ekuivalen | Ekwivalen |
77 | Elektrode | Elektroda |
78 | Efektif | Efektip |
79 | Ekstra | Extra |
80 | Efektivitas | Efektifitas |
81 | Ekstremis | Ekstrimis |
82 | Ekstrover | Ekstrovert |
83 | Elite | Elit |
84 | Embus | Hembus |
85 | Esai | Esei |
86 | Faksimile | Faksimil |
87 | Favorit | Pavorit |
88 | Februari | Pebruari |
89 | Film | Filem |
90 | Finis | Finish |
91 | Fisik | Phisik |
92 | Fokus | Pokus |
93 | Fondasi | Pondasi |
94 | Formal | Formil |
95 | Foto | Photo |
96 | Fotokopi | Photokopi |
97 | Fotosintesis | Fotosintesa |
98 | Frasa | Frase |
99 | Frekuensi | Frekwensi |
100 | Gaib | Ghaib |
101 | Gatal | Gatel |
102 | Gelora | Glora |
103 | Gizi | Gisi |
104 | Geladi | Gladi |
105 | Griya | Gria |
106 | Gua | Goa |
107 | Gubuk | Gubug |
108 | Gudeg | Gudek |
109 | Hadis | Hadist |
110 | Hafal | Hapal |
111 | Hakikat | Hakekat |
112 | Hektare | Hektar |
113 | Hierarki | Hirarki |
114 | Higienis | Higenis |
115 | Hipotesis | Hipotesa |
116 | Ideologi | Idiologi |
117 | Ijazah | Ijasah |
118 | Ikat | Iket |
119 | Ikhlas | Ihlas |
120 | Imbau | Himbau |
121 | Impor | Import |
122 | Indera | Indra |
123 | Inframerah | Infra merah |
124 | Infus | Inpus |
125 | Insaf | Insyaf |
126 | Isap | Hisap |
127 | Intelejen | Inteligen |
128 | Interogasi | Interograsi |
129 | Intens | Inten |
130 | Interpretasi | Interprestasi |
131 | Interupsi | Intrupsi |
132 | Introspeksi | Interopeksi |
133 | Islamiah | Islamiyah |
134 | Istigfar | Istighfar |
135 | Istri | Isteri |
136 | Itermeso | Intermezo |
137 | Izin | Ijin |
138 | Jadwal | Jadual |
139 | Jagat | Jagad |
140 | Jemaah | Jamaah |
141 | Jenazah | Jenasah |
142 | Jenderal | Jendral |
143 | Jeriken | Jerigen |
144 | Judo | Yudo |
145 | Junior | Yunior |
146 | Justru | Justeru |
147 | Kacamata | Kaca mata |
148 | Kaidah | Kaedah |
149 | Kanguru | Kangguru |
150 | Kanker | Kangker |
151 | Karena | Karna |
152 | Karier | Karir |
153 | Karisma | Kharisma |
154 | Katalis | Katalusi |
155 | Kategori | Katagori |
156 | Kaus | Kaos |
157 | Kedaluwarsa | Kadaluwarsa |
158 | Kedelai | Kedelei |
159 | Kemarin | Kemaren |
160 | Kesatria | Ksatria |
161 | Kendur | Kendor |
162 | Khotbah | Khutbah |
163 | Khawatir | Kuatir |
164 | Kloter | Keloter |
165 | Koboi | Koboy |
166 | Komersial | Komersil |
167 | Kompleks | Komplek |
168 | Komplet | Komplit |
169 | Konferensi | Konperensi |
170 | Konfirmasi | Komfirmasu |
171 | Kongres | Konggres |
172 | Koper | Kopor |
173 | Korsleting | Konsleting |
174 | Konkret | Konkrit |
175 | Kosakata | Kosa kata |
176 | Kreatif | Kreatip |
177 | Kreativitas | Kreatifitas |
178 | Kualifikasi | Kwalifkasi |
179 | Kualitatif | Kwalitatif |
180 | Kualitas | Kwalitas |
181 | Kuantitatif | kwantitatif |
182 | Kuantitas | Kwantitats |
183 | Kuintal | Kwintal |
184 | Kuitansi | Kwitansi |
185 | Kuarsa | Kwarsa |
186 | Kuorum | Kworum |
187 | Kuota | Kwota |
188 | Kiai | Kyai |
189 | Lafal | Lapal |
190 | Legalisasi | Legalisir |
191 | Lembap | Lembab |
192 | Lubang | Lobang |
193 | Maaf | Ma’af |
194 | Makhluk | Mahluk |
195 | Malas | Males |
196 | Manajemen | Managemen |
197 | Manajer | Manager |
198 | Mangkuk | Mangkok |
199 | Mantra | Mantera |
200 | Masjid | Mesjid |
201 | Memengaruhi | Mempengaruhi |
202 | Memesona | Mempesona |
203 | Mencolok | Menyolok |
204 | Mengonsumsi | Mengkonsumsi |
205 | Mengubah | Merubah |
206 | Menyontek | Mencontek |
207 | Menerjemahkan | Menterjemaahkan |
208 | Mengesampingkan | Menyampingkan |
209 | Menteri | Mentri |
210 | Merek | Merk |
211 | Materai | Materei |
212 | Metode | Metoda |
213 | Mesti | Musti |
214 | Miliar | Milyar |
215 | Museum | Musium |
216 | Motif | Motip |
217 | Motivasi | Motifasi |
218 | Musafir | Musyafir |
219 | Naas | Nahas |
220 | Nasihat | Nasehat |
221 | Nakhoda | Nahkoda |
222 | November | Nopember |
223 | Napas | Nafas |
224 | Negatif | Negatip |
225 | Negeri | Negri |
226 | Nomor | Nomer |
227 | Neto | Netto |
228 | Notula | Notulen |
229 | Objek | Obyek |
230 | Objektif | Obyektif |
231 | Ojek | Ojeg |
232 | Omzet | Omset |
233 | Organisasi | Organisir |
234 | Orisinal | Orisinil |
235 | Paham | Faham |
236 | Palem | Palm |
237 | Paradoks | Paradok |
238 | Paramedis | Paramedi |
239 | Pasfoto | Pas photo |
240 | Paspor | Pasport |
241 | Paviliun | Pavilion |
242 | Pedas | Pedes |
243 | Peranti | Piranti |
244 | Permak | Vermak |
245 | Permukiman | Pemukiman |
246 | Pikir | Fikir |
247 | Praktik | Praktek |
248 | Produktif | Produktip |
249 | Provinsi | Propinsi |
250 | Respons | Respon |
251 | Putra | Putera |
252 | Putri | Puteri |
253 | Ransel | Rangsel |
254 | Rapi | Rapih |
255 | Rapor | Rapot |
256 | Rasional | Rasionil |
257 | Resistans | Resisten |
258 | Reumatik | Rematik |
259 | Rezeki | Rejeki |
260 | Risiko | Resiko |
261 | Sah | Syah |
262 | Sahih | Syahih |
263 | Saksama | Seksama |
264 | Sambal | Sambel |
265 | Sanksi | Sangsi |
266 | Saraf | Syaraf |
267 | Satai | Sate |
268 | Saus | Saos |
269 | Sekadar | Sekedar |
270 | Sekretaris | Sekertaris |
271 | Semifinal | Semi final |
272 | Seprai | Seprei |
273 | Silakan | Silahkan |
274 | Sintesis | Sintesa |
275 | Sistem | Sistim |
276 | Skala | Sekala |
277 | Sontek | Contek |
278 | Survei | Survey |
279 | Standardisasi | Standarisasi |
280 | Subjek | Subyek |
281 | Sutera | Sutra |
282 | Syahid | Sahid |
283 | Syukur | Sukur |
284 | Tampak | Nampak |
285 | Tafsir | Tapsir |
286 | Tafsiran | Tapsiran |
287 | Teknik | Tehnik |
288 | Teknologi | Tehnologi |
289 | Teladan | Tauladan |
290 | Telepon | Telpon |
291 | Tenteram | Tentram |
292 | Teoretis | Teoritis |
293 | Terampil | Trampil |
294 | Terima kasih | Terimakasih |
295 | Tesis | Thesis |
296 | Tim | Team |
297 | Tradisional | Tradisionil |
298 | Transpor | Transport |
299 | Tripleks | Triplek |
300 | Trofi | Trop |
301 | Tobat | Taubat |
302 | Unta | Onta |
303 | Urgen | Urgent |
304 | Urine | Urin |
305 | Ustaz | Ustad / Ustadz |
306 | Utang | Hutang |
307 | Varietas | Varitas |
308 | Vila | Villa |
309 | Wali kota | Walikota |
310 | Wujud | Ujud |
311 | Yogyakarta | Jogjakarta |
312 | Yudikatif | Judikatif |
313 | Yudisial | Judisial |
314 | Yurisdiksi | Jurisdiksi |
315 | Zamam | Jaman |
316 | Zamzam | Zam-zam |
317 | Zina | Jinah |
318 | Zona | Zone |
Bagaimana apakah Anda sudah memahami kata baku? Pasti Anda tersadar bahwa terkadang sering menggunakan kata tidak baku dalam forum atau tulisan resmi lainnya bukan?
Penggunaan bahasa baku sangat penting diterapkan agar berkontribusi melestarikan kebudayaan terutama bahasa Indonesia sebagai jati diri suatu bangsa. Semoga dengan membaca artikel ini pengetahuan Anda terkait bahasa baku atau kata baku meningkat ya!
Editor:
Mega Dinda Larasati
[/read]