“Pantun adalah karya sastra populer di masyarakat yang sampai sekarang masih eksis.”
Pernahkah Anda menonton serial animasi Upin dan Ipin?
Jika Anda pernah menonton serial animasi asal Negeri Jiran Malaysia tersebut, tentu Anda sudah mengenal seorang tokoh anak laki-laki bernama Jarjit Singh.
Dalam serial animasi tersebut, dikisahkan Jarjit Singh India adalah teman bermain tokoh Upin dan Ipin, seorang anak berketurunan India.
Tokoh Jarjit Singh terkenal dengan kekhasan gaya bicaranya.
Ia selalu berbicara menggunakan gaya berpantun.
Berbicara mengenai tokoh serial animasi tersebut, pantun merupakan karya sastra yang populer sekali di masyarakat.
Seakan telah menjadi budaya yang mendarahdaging di masyarakat, karya sastra ini dikenal oleh kalangan anak-anak hingga orang dewasa.
Namun, seberapa jauhkah Anda mengetahui tentang karya sastra ini?
Ternyata puisi lama ini banyak jenisnya lho!
Berikut adalah pemaparannya.
1. Pengertian Pantun
Di beberapa daerah di Indonesia, pantun memiliki beberapa perbedaan sebutan.
Seperti di kalangan masyarakat Jawa dan Sunda, pantun dikenal dengan istilah parikan, sedangkan masyarakat Batak biasa menyebutnya dengan umpasa (dibaca:uppasa).
Meskipun memiliki perbedaan penyebutan, ciri dan struktur baku dari pantun yang dimaksud tetaplah sama.
Lalu, apakah pantun itu?
Pantun adalah salah satu puisi lama yang berkembang di kalangan masyarakat Melayu.
Puisi lama ini menyebar dengan cepat ke seluruh Nusantara dan digemari kaum muda hingga dewasa.
Secara terminologi, karya sastra ini berasal dari kata ‘patuntun’ yang berarti pentuntun dalam bahasa Minangkabau.
Sehingga, pantun dapat diartikan sebagai susunan atau aturan.
Lebih lanjut, seorang pakar budaya Melayu bernama R.O. Winstead mengemukakan bahwa sebuah pantun bukanlah sekadar rangkaian kata-kata yang mempunyai irama dan rima, namun juga memiliki rangkaian kata yang indah untuk menggambarkan suatu kehangatan seperti cinta, rindu, kebencian dan kasih sayang penulisnya.
Sementara, menurut KBBI, pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris ke dua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
2. Ciri-Ciri
Sehingga, berdasarkan definisi tersebut, jika ditransformasikan menjadi gurindam, karmina, seloka, atau bentuk puisi lainnya, pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Setiap bait terdiri atas empat larik (baris).
- Setiap larik atau baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata.
- Rima akhir setiap baris berpola a-b-a-b.
- Baris pertama dan kedua merupakan sebuah sampiran
- Baris ketiga dan keempat merupakan sebuah isi.
[read more]
3. Fungsi
Secara umum, pantun berfungsi sebagai alat pemeliharaan bahasa.
- Karya sastra ini berperan dalam kemampuan menjaga alur berpikir dan menjaga fungsi suatu kata. Hal ini dapat melatih seseorang dalam berpikir tentang makna kata yang sebelumnya diungkapkan.
- Puisi lama ini juga melatih seseorang berpikir asosiatif bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan satu dengan lainnya.
- Selain itu, karya sastra ini dapat melatih kecepatan berpikir seseorang dalam bermain-main dengan kata.
- Salah satu jenis puisi lama ini juga berperan sebagai media kebudayaan guna memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat yang berlaku. Hal tersebut berdasarkan sebuah filosofi yang berbunyi “adat berpantun, pantang melantun”. Filosofi tersebut mengisyaratkan bahwa sebuah pantun sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai sosial dan bukanlah hanya imajinasi semata.
- Keakraban dengan sanak saudara ataupun teman dapat juga terjalin dengan bermain puisi lama ini. Seperti bermain teka-teki menggunakan pantun, sehingga setiap orang dapat saling berinteraksi satu sama lain dengan cara yang unik.
4. Struktur
Teks pantun tersusun dari dua struktur yang membentuk kesatuan utuh.
Struktur tersebut antara lain dua sampiran dan dua isi yang berima a-b-a-b.
Sampiran merupakan suatu gantungan atau sampaian.
Pada umumnya, isi sampiran tidak memiliki makna berarti.
Isi merupakan tujuan atau maksud yang ingin disampaikan ke pembaca atau pendengar.
Contoh:
Kalau ada sumur di lada(ng)
Boleh kita menumpang mand(i)
Kalau ada umur panja(ng)
Boleh kita berjumpa lag(i)
5. Jenis-Jenis dan Contoh Pantun Lengkap
Berdasarkan kondisi dan maksud penulis, pantun dikategorikan menjadi beberapa jenis.
Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut.
5.1 Pantun Adat
Pantun adat berisikan ungkapan tradisi dari leluhur agar tetap dipelihara dan tidak mudah dilupakan oleh generasi penerusnya.
Fungsi dari karya sastra puisi lama jenis ini merupakan bentuk peraturan atau norma dalam masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Contoh:
Kalau dinding tidak berlantai
Apa gunanya kayu dipepat
Kalau runding tidak selesai
Apa gunanya penghulu adat
Jika kita hobi menulis
Jangan sampai waktu terbuang
Kalau bercakap di dalam majelis
Jangan sampai mengumpat orang
Adik bermain sampailah malam
Tiba menangis karena gelap
Sebarlah adat ke seluruh alam
Adat yang berpedoman pada kitab
5.2 Pantun Agama
Pantun agama adalah jenis yang berisi tentang hubungan antara manusia dengan sang pencipta.
Biasanya berisikan pesan moral dan nasihat sesuai dengan nilai-nilai agama tertentu yang berlaku.
Karya sastra ini pun dapat digunakan sebagai sarana penyebar kebaikan agar tetap berada di jalan-Nya.
Tak heran, puisi lama jenis ini menjadi sarana dakwah yang menarik dan mudah diterima oleh banyak orang.
Contoh:
Kera banyak tengan berhimpun
Sandarkan galah pada pohon
Segeralah kita meminta ampun
Kepada Allah tempat bermohon
Anak ayam turun sepuluh
Mati seekor tinggal sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta ampun kepada Tuhan
Makan cabai pastilah pedas
Mau manis minumlah susu
Otak percuma jikalau cerdas
Jika sembahyang saja tak mau
5.3 Pantun Budi
Pantun budi adalah jenis yang berisikan tentang petunjuk, larangan, nasihat, ajakan dan contoh perilaku-perilaku yang baik dan benar.
Isinya banyak memberikan pengajaran terkait budi pekerti yang baik.
Pesan yang disampaikan pun sangat berguna bagi kehidupan.
Contoh:
Pergi ke pasar membeli papan
Jangan lupa beli pakunya
Apa guna berwajah tampan
Kalau tidak dengan budinya
Pisang mas dibawa berlayar
Masak sebiji di atas peti
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati
Pergi ke sawah melihat itik
Melihat itik sambil minum air kelapa
Jikalau ada budi yang baik
Sampai mati takkan ku lupa
5.4 Pantun Jenaka
Pantun jenaka adalah jenis yang bertujuan menghibur pembaca atau pendengarnya.
Isinya berisikan candaan atau lelucon yang dapat membuat orang tertawa.
Biasanya, isi dari puisi lama ini merupakan hal yang tidak mungkin terjadi, tetapi dirasa lucu jika benar-benar terjadi.
Contoh:
Guru samat membeli batik
Batik diikat dengan benang
Terbang semangat penghulu itik
Melihat ayam berlomba renang
Tanam padi dalam hutan
Sudah ditanam ditunggui
Kesal hati ayam jantan
Padi terjemur ditunggui
Bermain musik ingatlah nada
Jika menulis memakai pena
Janganlah salah bertepuk dada
Badan terhempas kena bencana
5.5 Pantun Kepahlawanan
Pantun kepahlawanan merupakan jenis yang berisi semangat pahlawan, sehingga mampu membangkitkan rasa nasionalisme dan patriotisme.
Contoh:
Pagi-pagi berolahraga
Habis olahraga makan pisang
Meski ragamu sudah tiada
Namamu akan tetap terkenang
Jalan-jalan menunggang kuda
Menunggang kuda ke Surabaya
Jika engkau cinta Negara
Bersamalah kita pertahankan Negara
Memotong kayu memakai parang
Jikalau lupa membawa belati
Apalah sebuah makna berperang
Jikalau tidak berani mati
5.6 Pantun Percintaan
Pantun percintaan merupakan jenis yang isinya berhubungan dengan kasih sayang remaja.
Puisi lama jenis ini juga bisa digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan perasaan seseorang kepada orang terkasihnya.
Tak heran, pada setiap baitnya, puisi ini berisikan kata-kata cinta nan romantis.
Mengungkapkan rasa cinta melalui pantun terbilang cara baru yang inovatif, kreatif dan segar.
Tertarik menyatakan cinta dengan sebuah pantun?
Berikut adalah beberapa contoh jenis pantun percintaan.
Makan jambu setiap hari
Jambu dimakan ambil di saku
Jika hatimu masih sendiri
Berilah tempat untuk diriku
Adik marah jadi merenung
Merenungnya itu di bawah pohon jati
Betapa hatiku sedang bingung
Menunggu jawaban pujaan hati
5.7 Pantun Peribahasa
Pantun peribahasa merupakan suatu bentuk peribahasa yang diungkapkan dalam sebuah pantun.
Adapun peribahasa berisikan penyampaian pesan yang berusaha mengungkapkan maksud dengan cara membandingkan.
Puisi lama ini terbentuk dari kebiasaan orang zaman dahulu yang gemar menuliskan bait-bait syairnya dengan memadukan pantun dan peribahasa.
Contoh:
Jalan kaki ke Surabaya
Naik pesawat ke Bukit Tinggi
Kalau Anda jadi orang kaya
Banyakkan amal dan rendahkan hati
Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi
Buah papaya di dalam semak
Buah manggis sekepal tangan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan
5.8 Perpisahan
Pantun perpisahan adalah jenis yang berisikan tentang perpisahan.
Suasana yang ditimbulkan pada puisi lama ini biasanya bernuansa kesedihan, haru atau dukacita.
Contoh:
Hujan turun badan pun basah
Batang galah haluan perahu
Niat hati tak mau berpisah
Kehendak Allah siapa tahu
Anak kecil harus dijaga
Agar terbebas dari bahaya
Meskipun akan berpisah raga
Tetap bersatu dalam jiwa
Pergi ke kebun mencari bunga kenanga
Saat di kebun adanya bunga melati
Walau kau pergi jauh ke sana
Namun, kau tetap ada di hati
5.9 Teka-Teki
Pantun teka-teki adalah jenis yang berisikan pertanyaan kepada pendengar atau pembaca, sehingga dapat menjadi alternatif hiburan yang mengakrabkan orang-orang untuk saling berinteraksi.
Cara ini dapat digunakan ketika berkumpul dengan sanak saudara maupun teman dekat.
Contoh:
Pergi ke desa naik sepeda
Kayuh kencang di jalanan
Bentuk kotak keluar suara
Benda apakah itu gerangan
(Jawaban: radio)
Pagi indah cerah berseri
Semoga siang tidaklah mendung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa yang tanduk di hidung
(Jawaban: badak)
Ayah menanam bibit pohon cendana
Bibit cendana setinggi lutut
Kalau memang nyonya bijaksana
Hewan apa yang tanduknya di mulut
(Jawaban: nyamuk)
Nah, demikianlah penjelasan singkat mengenai pantun.
Tertarikkah Anda untuk mulai berpantun?
Di zaman semillenial ini, marilah kita lestarikan budaya pantun agar kebudayaan sastra di Indonesia tetap ada dan berkembang.
Referensi:
Waridah, E. 2009. EYD Saku + Pedoman Pembentukan Istilah dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Kawan Pustaka.
Editor:
Siti Zenar
[/read]