“Puisi adalah karya sastra yang berusaha memainkan kata sehingga tercipta tulisan yang estetis dengan makna yang dalam.”
Ungkapan perasaan seseorang dapat diekspresikan melalui sebuah tulisan. Karena sifatnya tertulis, makna yang ditimbulkan dari sebuah tulisan tersebut akan memiliki penafsiran berbeda dari masing-masing pembacanya. Bahasa yang digunakan dalam menulis sebuah curahan perasaan biasanya memiliki kekhasan, sehingga perasaan dan imajinasi pembaca juga ikut terbawa ke dalam suasana tulisan. Pengungkapan perasaan dalam bentuk tulisan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk karya sastra yang disebut puisi.
1. Pengertian
Karya sastra ini terlahir dari perasaan seorang penyair yang ditulis dengan maksud tertentu dan dapat menimbulkan berbagai penafsiran dari pembacanya.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang berusaha memainkan kata-kata dan mengedepankan keestetisan.
Jika kita telusuri, dalam KBBI, terdapat beberapa pengertian mengenai karya sastra ini.
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, juga penyusunan larik dan bait.
Sedangkan, pengertian puisi lainnya adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang dalam pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Menurut Pradopo (2002), puisi merupakan karya estetis yang memiliki makna serta memiliki arti di dalamnya, karya tersebut bukan hanya sekadar kata yang kosong tanpa makna.
Selain itu, karya ini memiliki pesan tersendiri yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada penerima pesan dan karya ini juga disusun dengan menggunakan bahasa yang khas serta dalam penempatan antar kata disusun sedemikian rupa dengan penyepadanan bunyi.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, beberapa ahli seperti Suharianto (2009), Jabrohim (2003), dan Waluyo (2003) mendefinisikan karya sastra ini sebagai rangkaian kata yang di dalamnya terdapat ungkapkan pikiran, ide, serta perasaan penyair yang disusun dengan baik dan indah berbentuk kata melalui tulisan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati apa yang diungkapkan penyair di dalam isinya.
Dari definsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karya sastra ini lebih menonjolkan keindahan dan keestetisan bahasanya.
Sehingga, pembaca puisi akan lebih menghayati setiap rangkaian kata yang ditulis oleh penyair, karena biasanya bahasa dalam sebuah puisi bersifat mentah dan masih perlu untuk ditafsirkan lebih lanjut.
Bahkan, satu buah karya sastra ini bisa dimaknai berbeda-beda oleh setiap pembacanya.
Meskipun puisi adalah karya sastra yang berusaha memainkan rangkaian kata, kata yang dipilih bukanlah kata yang sembarangan.
Diksi atau pemilihan kata yang digunakan juga harus memiliki padanan bunyi yang sama dan menimbulkan imaji.
2. Unsur-Unsur Puisi
Karya sastra ini dibangun oleh beberapa unsur.
Unsur tersebut sering disebut sebagai struktur atau pembangun puisi.
Karya sastra ini memiliki dua struktur, yaitu struktur fisik dan struktur batin.
Suroto (1989) mengungkapkan bahwa unsur intrinsik dalam sebuah puisi terdiri dari musikalitas (rima dan bunyi), pesan atau amanat, perlambangan, tema, korespondensi, diksi, dan gaya bahasa.
Lebih rincinya, Pradopo (2010) membagi unsur pembangun puisi ke dalam dua struktur, yaitu struktur fisik yang terdiri dari tipografi, diksi, pencitraan, kata konkret, majas, dan bunyi yang dapat menghasilkan ritma dan rima.
Sedangkan, struktur batin terdiri dari tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat.
[read more]
2.1 Struktur Fisik
Struktur fisik dalam sebuah puisi merupakan sarana-sarana yang digunakan seorang penyair dalam mengungkapkan isi hatinya.
Beberapa hal yang termasuk ke dalam struktur fisik karya sastra ini yaitu tipografi, diksi, pencitraan, kata konkret, majas, dan bunyi yang dapat menghasilkan ritma dan rima.
2.1.1 Tipografii
Tipografi atau sering disebut dengan perwajahan puisi berarti bentuk formasi sebuah bait dalam karya sastra ini, seperti rata tepi kanan-kiri, pengaturan baris setiap lirik, sampai membahas lirik puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
Dalam karya sastra ini, hal-hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pemaknaan.
2.1.2 Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan penyair dalam puisinya.
Karya sastra ini memuat sedikit kata namun bisa mengungkapkan banyak makna, sehingga diksi yang digunakan oleh penyair harus tepat.
Dalam pemilihannya, diksi yang digunakan harus berkaitan dengan makna yang hendak disampaikan juga harus memiliki bunyi yang selaras.
Informasi lengkap mengenai “diksi” dapat dilihat di artikel “Diksi: Pengertian, Tujuan, dan Contoh yang Benar“.
2.1.3 Citraan atau Imaji
Citraan atau imaji merupakan susunan kata yang dapat membuat pengalaman penyair dalam lirik dapat juga didengar, dilihat, dicium dan dirasakan oleh indera pembaca.
Kata konkret merupakan pilihan kata yang dipilih oleh penyair sehingga dapat memunculkan citraan oleh pembaca seperti “salju” yang menunjukan kebekuan, dingin, atau kehampaan.
2.1.4 Majas
Majas merupakan bahasa yang mengandung kiasan dan bermakna konotasi dan dapat menghidupkan/meningkatkan efek tertentu.
2.1.5 Ritma dan Rima
Struktur fisik terakhir adalah bunyi yang dapat menghasilkan ritma dan rima.
Rima merupakan persamaan bunyi di awal, tengah ataupun diakhir.
Sementara ritma adalah panjang pendek, tinggi rendah, dan keras lemahnya bunyi dalam membacakan karya sastra ini.
Ritma akan menonjol saat puisi dibacakan (Muntazir, 2017).
2.2 Struktur Batin
Struktur batin puisi di antaranya adalah tema, nada serta suasana, perasaaan, dan amanat.
2.2.1 Tema
Tema adalah makna yang terkandung didalam puisi.
Tema dapat juga disebut sebagai gagasan pokok yang ingin penyair sampaikan.
Biasanya tema dijadikan sebagai unsur utama dalam sebuah pembuatan karya sastra ini, karena penentuan tema merupakan langkah awal dalam pengembangan sebuah karya sastra ini.
2.2.2 Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca.
Sementara, suasana menunjukkan perasaan yang timbul setelah pembacaan sebuah puisi.
2.2.3 Perasaan
Perasaan merupakan sikap yang ditunjukkan oleh penyair terhadap isi kandungan puisi.
2.2.4 Amanat
Amanat adalah maksud atau pesan yang ingin penyair sampaikan kepada pembaca.
Pesan dari sebuah puisi kebanyakan bersifat tersirat dan biasanya terletak pada bait terakhir.
3. Jenis-Jenis dan Contoh Puisi
Dunia semakin berkembang, jenis puisi pun semakin beragam.
Berdasarkan sejarah perkembangan sastra, dikenal adanya puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama terdiri dari talibun, syair, gurindam, seloka, karmina, pantun, dan mantra.
Sedangkan yang baru terdiri dari satire, elegi, romansa, epigram, ode, himne, dan balada.
Berdasarkan bentuknya, jenis karya sastra ini dibedakan menjadi soneta, oktaf atau stanza, septima, sekstet, kuint, kuatren, terzina, dan distikon.
3.1 Puisi Lama
Puisi lama atau bisa dikatakan juga dengan puisi konvensional merupakan karya sastra yang masih terikat dengan aturan-aturan tertentu seperti aturan persajakan, jumlah larik dalam setiap bait, musikalitas puisi dan aturan-aturan lain yang terkait dengan penulisan puisi.
Puisi lama merupakan salah satu kebudayaan yang telah ada sejak zaman dahulu dan bersifat turun-temurun.
Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia, puisi masih dijadikan sebagai ritual adat.
Oleh sebab itu, puisi lama masih terikat oleh aturan-aturan yang memang tidak boleh dilanggar.
3.1.1 Talibun
Talibun terdiri dari larik-larik, sampiran dan isi. Talibun memiliki kesamaan dengan pantun.
Perbedaannya terletak pada jumlah lariknya.
Lirik talibun selalu lebih dari empat serta selalu genap.
Misalnya berlarik enam, berlarik delapan, berlarik sepuluh, berlarik dua belas, atau berlarik empat belas (Djamaris, dalam Setyawati, 2004: 213).
Contoh talibun enam baris
Lelah sudah kaki mendaki
Puncak tujuan sudah tak terlihat
Bulan pun tak tampak sinarnya
Sekaranglah saatnya aku berhenti
Karena hati sudah tak kuat
Mengingat semua ilusi belaka
3.1.2 Syair
Syair merupakan karya sastra yang berisi tentang kisah, bertujuan untuk memberikan nasihat kepada pembacanya.
Syair memiliki empat larik dalam setiap baitnya, serta bersajak a-a-a-a.
Konon, syair berasal dari Arab.
3.1.3 Gurindam
Gurindam merupakan karya sastra yang berisi tentang nasihat yang ingin penyair sampaikan kepada pembaca dalam bentuk sebab-akibat.
Karya sastra ini terdiri atas dua baris, memiliki pola irama yang sama yaitu a-a, sebab berada pada baris pertama dan akibat berada pada baris kedua.
Contoh gurindam
Siapa tak patuh orang tua
Sudah mati nanti masuk neraka
3.1.4 Seloka
Seloka merupakan karya sastra berbentuk melayu klasik yang berisi pepatah dan perumpamaan yang mengandung sindiran, ejekan, dan senda gurau.
Kata “seloka” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “sloka”.
Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian seloka dari beberapa ahli.
Salah satunya ada yang memberikan pendapat bahwa seloka merupakan pantun yang berisi petuah-petuah.
Sebenarnya pengertian-pengertian yang dilontarkan oleh beberapa ahli memiliki makna yang hampir sama.
Seloka ditulis dengan empat baris menggunakan bentuk pantun atau syair, tetapi ada juga bentuk seloka yang melebihi dari empat baris.
Seloka biasanya lahir dari masyarakat dan digunakan untuk masyarakat itu sendiri.
Contoh seloka empat baris
Ke pasar bareng pa camat
Jangan lupa beli pepaya
Agar lingkungan tetap sehat
Buanglah sampah pada tempatnya
Contoh seloka delapan baris
Bukan titik yang membuat tinta
Tapi tinta yang membuat titik
Bukan cantik yang membuat cinta
Tapi cinta yang membuat cantik
Jika titik dibuat oleh tinta
Tentulah tinta itu yang membuat titik
Jika anda memang cinta
Tentulah cinta anda yang membuat saya cantik
3.1.5 Karmina
Karmina merupakan puisi yang hanya memiliki dari dua baris.
Biasanya, karmina disebut juga dengan pantun kilat yang berisi tentang sindiran.
Puisi ini bersajak a-a.
Contoh karmina
Dua ditambah dua sama dengan empat
Masih muda tapi tidak rajin shalat
3.1.6 Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang termasuk sangat populer dibandingkan dengan yang lainnya sehingga dikenal luas dimasyarakat.
Pantun masih sering digunakan sampai sekarang misalnya dalam acara pernikahan, upacara adat dan sebagainya.
Beberapa hal yang dapat membedakan pantun dengan karya sastra lainya adalah sajak yang dimiliki pantun berpola a-b-a-b.
Setiap bait terdiri dari empat baris, dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris terakhir disebut isi.
Contoh pantun
Jalan-jalan ke pasar di hari minggu
Jangan lupa mampir buat makan empal
Jangan kau berkata kasar kepada ibu
Sudah tiada baru menyesal
3.1.7 Mantra
Mantra merupakan karya sastra yang isinya berkaitan dengan unsur-unsur gaib.
Menurut Djamaris (2004), mantra diciptakan dalam kepercayaan animisme dan dinamisme dengan tujuan atau maksud untuk dibacakan dalam memulai atau melaksanakan sebuah ritual atau kegiatan tertentu seperti berburu, menangkap ikan, dan mengambil hasil hutan.
Mantra ini dipercaya dapat mengusir atau menolak hantu yang jahat dan membujuk hantu baik agar dapat menjaga dan membantu dalam melaksanakan ritual atau kegiatan tersebut.
Terdapat beberapa ciri khas yang dimiliki mantra di antaranya adalah pemilihan diksi dalam pembuatan mantra dilakukan secara saksama, dan terdapat pengulangan kata dengan tujuan untuk memperkuat daya sugesti.
Kata yang digunakan biasanya bukan kata yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari demi menimbulkan efek memperkuat sugesti kata.
Mantra yang dibacakan dengan suara yang keras memberikan sugesti adanya kekuatan magis yang terdapat dalam mantra tersebut.
Oleh karena itu, rima dan irama dalam mantra biasanya bersifat misterius karena mengandung bahasa kiasan yang hanya dimengerti oleh orang-orang atau kalangan tertentu saja.
3.2 Puisi Baru
Berbeda dengan puisi lama, puisi baru merupakan karya sastra yang tidak terikat oleh aturan apapun baik aturan larik, baris ataupun rima.
Pengarang dapat dengan bebas mengungkapkan perasaannya dalam bentuk kata.
3.2.1 Satire
Satire termasuk ke dalam puisi deskriptif yaitu menjelaskan peristiwa atau keadaan tertentu terhadap suatu hal, bisa suasana ataupun benda yang terlihat menarik.
Satire merupakan karya sastra yang berisi tentang ejekan, sindiran atau kritikan yang diungkapkan untuk seseorang terkait suatu keadaan tertentu.
Ungkapan perasaan penyair dalam karya sastra satire bisa terkait ketidakpuasan atau kekecewaan penyair terhadap suatu suasana, kondisi atau peristiwa ataupun benda dengan cara memberikan sindiran.
3.2.2 Elegi
Elegi merupakan karya sastra yang berisi tentang ungkapan perasaan duka penyair.
Karya sastra elegi biasanya digunakan dalam peristiwa kematian.
Namun, terkadang para penyair lebih menggunakan elegi untuk menunjukkan perasaan kehilangan.
Salah satu penyanyi terkenal yaitu Ebiet G Ade menciptakan lagu dengan judul “Elegi Esok Pagi” yang menunjukkan ratapan kesedihan.
Puisi elegi dibuat untuk menggambarkan suatu kisah atau peristiwa yang malang dialami oleh seseorang dengan menunjukkan rasa empati penyair terhadap kondisi tersebut.
3.2.3 Romansa
Romansa merupakan karya sastra yang bersifat naratif dengan menggunakan bahasa yang romantik dan berisi kisah percintaan, ungkapan perasaan cinta, serta kasih sayang.
Puisi romansa tidak hanya mengisahkan tentang perjalanan cinta antara dua insan atau pengungkapan perasaan seseorang saja, tetapi romansa juga bisa mengisahkan cinta seseorang terhadap negaranya, bangsanya atau cinta akan perdamaian dan sebagainya.
3.2.4 Epigram
Epigram merupakan karya sastra baru yang berisi tentang petuah dalam menjalankan kehidupan atau puisi berupa ajakan ke arah kebenaran serta memberikan ajaran hidup bagi pembacanya.
Penyair akan menuntun pembacanya agar hidup seseorang menjadi lebih baik atau berada di dalam jalan yang benar sehingga karya sastra ini memiliki nilai kehidupan yang sesuai dengan kebenaran.
Petuah atau pedoman yang diberikan dibuat tidak berbelit-belit dan langsung menuju pada tujuan agar pembaca dapat langsung mengerti saat membacanya.
3.2.5 Ode
Ode merupakan puisi baru yang berisi tentang sanjungan atau pujian terhadap seseorang yang telah berjasa, pada umumnya ditujukan untuk para pahlawan.
Dalam bahasa Yunani, ode berarti nyanyian. Karya sastra ini terkadang dinyanyikan juga untuk mengenang dan memberikan pujian atas jasa seseorang atau pahlawan.
Oleh karena itu, ode dibuat dengan pemilihan kata yang tertib, tulus, dan intelektual.
3.2.6 Himne
Himne merupakan jenis karya sastra baru yang memiliki isi tentang pujian kepada Tuhan ataupun ungkapan rasa cinta kepada tanah air.
Seiring dengan berkembangnya zaman, pengertian puisi juga ikut berkembang.
Pada saat ini, himne dapat diartikan juga dengan puisi yang dinyanyikan.
3.2.7 Balada
Balada merupakan jenis puisi baru yang berisi tentang ungkapan getaran tabir hidup dan perilaku seseorang.
Balada bersifat objektif karena menggambarkan suatu kisah tertentu.
Karya sastra ini bisa berbentuk dialog ataupun monolog agar kisah yang digambarkan lebih jelas.
Balada banyak digunakan sebagian besar penyanyi sebagai sarana menuangkan idenya.
Salah satu penyanyi Indonesia yang terkenal dan sering menggunakan balada sebagai karyanya adalah Iwan Fals.
Melalui lagu ciptaannya, Iwan Fals sangat mahir dalam menggambarkan kisah kehidupan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Seolah telah menjadi darah daging dalam karyanya, penyair besar seperti WS Rendra pun selalu menulis puisi berjenis balada.
3.3 Jenis Puisi berdasarkan Bentuk
3.3.1 Soneta
Soneta berasal dari kata soneto (bahasa Italia) yang memiliki arti yaitu puisi yang bersuara.
Soneta terdiri dari empat belas baris.
Dua bait pertama terdiri dari empat baris, serta dua bait terakhir terdiri dari tiga baris.
3.3.2 Oktaf atau Stanza
Oktaf atau stanza merupakan puisi yang terdiri dari delapan baris dalam setiap baitnya atau dapat disebut juga dengan double kuatrain atau puisi delapan seuntai.
3.3.3 Septima
Septima merupakan karya sastra yang terdiri dari tujuh baris dalam setiap baitnya atau dapat disebut juga dengan tujuh seuntai.
3.3.4 Sekstet
Sekstet merupakan karya sastra yang terdiri dari enam baris dalam setiap baitnya atau dapat disebut juga dengan puisi enam seuntai.
3.3.5 Kuint
Kuint merupakan karya sastra yang terdiri dari lima baris dalam setiap baitnya atau dapat disebut juga dengan puisi lima seuntai.
3.3.6 Kuatren
Kuatren merupakan karya sastra yang terdiri dari empat baris dalam setiap baitnya atau dapat disebut juga dengan puisi empat seuntai.
3.3.7 Terzina
Terzina merupakan karya sastra yang terdiri dari tiga baris dalam setiap baitnya atau dapat disebut juga dengan puisi tiga seuntai.
3.3.8 Distikon
Distikon merupakan karta sastra yang memiliki dua baris dari setiap baitnya atau biasa disebut dengan puisi dua seuntai.
3.4 Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer muncul sekitar tahun 70-an.
Karya sastra ini bersifat eksperimental serta memiliki karakteristik yang “menyimpang” dari konvensi-konvensi sastra yang berlaku biasa atau umum.
Setiap karya sastra memiliki ciri khas tertentu.
Ciri khas tersebut tidak hanya dilihat dari genre sebuah karya sastra saja, tetapi dapat dilihat dari konvensi sastra maupun konvensi bahasa yang digunakan.
Dalam sebuah karya sastra seperti puisi, pengarang akan mengeksploitasi potensi-potensi bahasanya agar gagasannya dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca tanpa melupakan maksud karya tersebut.
Oleh sebab itu, sebuah karya sastra ini akan menggambarkan keunikan bahasa masing-masing pengarangnya.
Puisi kontemporer ini muncul sebagai reaksi terhadap sastra konvensional yang sudah baku dan terkesan kurang variatif.
Hal tersebut membuat puisi kontemporer lebih menarik dibandingkan dengan sastra konvensional.
Keindahan optimal yang muncul pada puisi kontemporer disebabkan karena pengarang dapat bebas menggunakan bahasa khas pengarangnya sendiri.
3.4.1 Mantra
Mantra merupakan karya sastra yang isinya berkaitan dengan unsur-unsur gaib. Karya sastra mantra ini sebelumnya telah dijelaskan pada pembahasan puisi Lama.
3.4.2 Mbeling
Mbeling merupakan salah satu jenis puisi kontemporer yang tidak mengikuti aturan dan bersifat apa adanya.
Mbeling berasal dari bahasa Jawa yang berarti keras kepala, sulit diatur atau nakal.
Sesuai dengan arti tersebut, mbeling juga tidak mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang berlaku.
Menurut Remy Sylado, yang merupakan orang yang mempopulerkan mbeling menuturkan bahwa biasanya puisi mbeling itu berisi kritik kepada pemerintah terkait masalah sosial.
Terkadang, mbeling juga dijadikan sarana oleh penyair-penyair untuk mengkritik atau menyindir penyair lain, bahkan sering digunakan untuk mengkritik sebuah karya.
3.4.3 Konkret
Puisi konkret merupakan salah satu jenis karya sastra kontemporer yang dalam pembuatannya tidak menggunakan bahasa sebagai medianya.
Biasanya penyair menggunakan media benda atau gambar-gambar secara konkret sebagai bentuk ungkapan perasaannya.
4. Puisi Santai
Zaman dahulu, penulis yang ingin memublikasikan karyanya harus berusaha keras dengan mengirim karyanya ke tempat pos terlebih dahulu dan harus melakukan beberapa proses lainnya.
Namun, dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat, penulis tidak perlu melakukan hal-hal semacam itu lagi.
Dengan bermodalkan jaringan internet, fasilitas email dari laptop atau handphone, penyair bisa mengirim tulisan kapanpun dan dimanapun.
Di zaman teknologi sekarang ini, siapapun bisa menjadi penulis di luar dia ahli, tidak peduli lagi ia pemula atau amatiran.
Karya sastra yang dibuat biasanya disebut dengan puisi santai.
Puisi santai merupakan karya sastra yang dibuat berdasarkan pengalaman sehari-hari.
Puisi santai dapat bebas ditulis menggunakan gaya bahasa yang bebas pula.
Penyair akan dibuat leluasa dalam mengungkapkan perasaannya.
Karya sastra ini muncul akibat adanya media sosial yang semakin berkembang di masyarakat.
Tak heran, hanya dengan mengunggah karyanya di media sosial seperti facebook, instagram, twitter dan sebagainya, banyak penyair baru lahir.
Dalam sebuah karya puisi, tidak ada patokan penilaian kualitas puisi. Sebab, kualitas puisi bersifat relatif, tergantung pembaca yang menilai dan menafsirkan.
Puisi santai lebih memasyarakat karena bahasanya biasanya cenderung mudah dicerna oleh berbagai kalangan.
Bahasa yang digunakan lebih menggambarkan realitas sekarang.
Meskipun bersifat santai dan bebas, karya sastra satu ini tidak dapat dianggap remeh.
Sebab sebuah puisi tidak melulu tentang rumitnya gaya bahasa yang digunakan.
Puisi juga terkait tentang makna yang terkandung di dalamnya.
Karya sastra ini dapat memberikan pengaruh kepada pembacanya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, bahkan mampu menginspirasi pembaca dalam melahirkan sebuah karya.
Puisi merupakan salah satu kebudayaan berbahasa bangsa Indonesia yang telah turun temurun dan sepatutnya kita jaga.
Artinya, dengan mencintai dan melestarikan karya sastra ini, berarti kita juga telah mencintai dan ikut melestarikan bahasa Indonesia.
Hanya penikmat rasa saja yang mampu merasakan begitu indah dan bermaknanya sebuah puisi.
Referensi:
Muntazir. 2017. Struktur fisik dan struktur batin pada puisi “Tuhan, Aku Cinta Padamu” karya WS Rendra. Jurnal Pesona. 3(2): 208-223.
Pradopo, R. D. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Editor:
Siti Zenar
[/read]