Biografi Megawati Soekarnoputri, Presiden Wanita Pertama Indonesia

Seperti yang diketahui bahwa negara Indonesia pernah dipimpin oleh seorang wanita dan itu menjadi yang pertama kali dalam sejarah bangsa kita.

Pemimpin tersebut adalah Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri atau lebih dikenal dengan nama Megawati Soekarnoputri.

Ingin mengenalnya lebih dalam?

Baca biografinya sampai selesai yuk!

Biografi Megawati Soekarnoputri

 

Nama Lengkap Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri
Kebangsaan Indonesia
Tempat Lahir Yogyakarta
Tanggal Lahir 23 Januari 1947
Profesi Utama Politikus
Prestasi
  • Priyadarshni Award dari lembaga Priyadarshni Academy, Mumbay, India
  • Doctor Honoris Causa dari Universitas Waseda
  • Dan masih banyak lagi

Megawati Soekarnoputri adalah seorang wanita kelahiran Yogyakarta pada tanggal 23 Januari 1947 yang pernah menjabat sebagai presiden Indonesia kelima untuk periode 2001-2004 dan menjadi presiden wanita pertama di Indonesia.

Megawati merupakan anak kedua dari presiden pertama di Indonesia yaitu Presiden Soekarno dan istrinya yang bernama Fatmawati.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Megawati dilahirkan ibunya di Ledok Ratmakan dan besar di Istana Merdeka.

Kehidupan Rumah Tangga Megawati Soekarnoputri

Pada tanggal 1 Juni 1968, Megawati menikah dengan pria bernama Surindro Supjarso yang merupakan seorang pilot pesawat AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) dan merupakan perwira pertama di TNI-AU.

Sosok berbadan tinggi ini adalah sahabat kakak Megawati yaitu Guntur Soekarnoputra.

Mereka menikah di Jakarta dan kemudian Megawati pindah ke Madiun mengikuti suaminya.

Di Madiun, Megawati menjadi ibu rumah tangga dan merawat anak pertamanya yang diberi nama Mohammad Rizki Pratama.

[read more]

Saat Megawati hamil anak keduanya yaitu Mohammad Prananda Prabowo suaminya mengalami kecelakaan pesawat.

Pada tanggal 22 Januari 1970, pesawat yang dikemudikannya jatuh ke wilayah perairan pulau Biak.

Surindro beserta 7 anggota lainnya hilang, yang bisa ditemukan hanyalah tubuh pesawat yang hancur berserakan di laut.

Pada tahun 1972, Megawati yang masih berumur 25 tahun dan mempunyai 2 anak balita kembali menjalin tali asmara dengan seorang pria bernama Hassan Gamal Ahmad Hasan yang merupakan pengusaha dan diplomat Mesir.

Namun, pernikahan keduanya tidak berlangsung lama dan hanya bertahan selama 3 bulan saja karena pernikahan tersebut menjadi sorotan media dengan alasan Megawati masih merupakan istri sah Surindro.

Pada saat itu status pernikahan Megawati dan Surindro belum mendapat keputusan dari pemerintah (Mabes TNI-AU) karena jenazah Surindro belum berhasil ditemukan.

Hal ini membuat keluarga Soekarno tidak tinggal diam.

Mereka menyewa pengacara yaitu Sumadji untuk membatalkan pernikahan kedua Megawati.

Melalui keputusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta, Hassan menyerah dan hubungannya dengan Megawati pun berakhir.

Pernikahan keduanya ini, Megawati tidak dikaruniai anak.

Kebahagiaan hidup berumah tangga dirasakan Megawati saat ia menikah lagi dengan Mohammad Taufiq Kiemas yang merupakan rekan aktivis di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).

Taufiq Kiemas juga merupakan salah satu penggerak PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).

Dari pernikahannya ini Megawati dikarunian anak bernama Puan Maharani.

Perjalanan Karier Megawati Soekarnoputri

Pada tahun 1986, Megawati masuk ke dunia politik.

Saat itu ia menjabat sebagai wakil ketua PDI Jakarta Pusat.

Karier politiknya ini bisa dibilang cukup bagus karena hanya butuh waktu 1 tahun saja ia sudah bisa menjadi anggota DPR RI.

Pada tahun 1993, dalam Kongres Luar Biasa PDI Megawati dipilih secara aklamasi atau persetujuan secara lisan menjadi ketua umum PDI.

Pada tahun 1996, dalam Kongres PDI Medan ketua umum PDI diganti menjadi Soerjadi.

Hal tersebut pastinya membuat Megawati tidak terima dan tidak menganggapi Kongres PDI Medan.

Megawati masih merasa menjadi ketua umum PDI yang legal sehingga kantor beserta perlengkapannya dikuasai oleh pihak Megawati.

Dikarenakan pihak Megawati masih kukuh terus berupaya mempertahankan kantor DPP PDI menjadikan Soerjadi yang dibantu pemerintah memberikan ancaman akan merebut paksa kantor yang berada di Jalan Diponegoro tersebut.

Ancaman tersebut benar-benar dilakukan pada tanggal 27 Juli 1996.

Aksi penyerangan tersebut mengakibatkan beberapa pendukung Megawati meninggal dan berubah menjadi kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal sebagai peristiwa 27 Juli.

Peristiwa penyerangan kantor tersebut tidak membuat Megawati merasa kalah, tetapi ia semakin kuat untuk melawan yaitu dengan memilih jalur hukum.

Meskipun di pengadilan kalah, tetapi ia tetap tidak berhenti dan pada akhirnya PDI terpisah menjadi dua yaitu PDI di bawah pimpinan Soerjadi dan PDI pimpinan Megawati.

Memang pemerintah mengakui secara sah Soerjadi menjadi ketua umum PDI, tetapi massa PDI lebih berpihak kepada Megawati.

Pada tahun 1997, massa yang berpihak kepada Megawati semakin tampak ketika berlangsungnya pemilu.

Suara yang didapatkan Soerjadi merosot sangat tajam karena sebagian massa berpihak ke Partai Persatuan Pembangunan yang kemudian menciptakan istilah Mega Bintang.

Pada tahun 1999, PDI di bawah pimpinan Megawati berubah menjadi PDIP Perjuangan yang berhasil memenangkan pemilu.

Massa memaksa agar Megawati menjadi presiden, tetapi pada sidang umum 1999 yang terpilih menjadi presiden adalah KH Abdurrahman Wahid.

Pada tahun 2001, tepatnya pada Sidang Istimewa MPR tanggal 23 Juli 2001 Megawati menggantikan posisi presiden Abdurrahman Wahid.

Pada tahun 2004, pemilu presiden dilaksanakan dan Megawati mengalami kekalahan sehingga posisi presiden digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Pada tahun 2014 Megawati beserta partainya memilih Joko Widodo untuk maju dalam pemilu.

Hasilnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla lah yang terpilih menjadi presiden dan wakil presiden untuk periode 2014-2019.

 

Sekian biografi mengenai Megawati Soekarnoputri.

Semoga bisa bermanfaat dan menginspirasi kita semua.

Terima kasih!

[/read]