Pemuda yang telah berhasil menemukan jati diri sehingga menghantarkannya kepada penemuan dirinya dan untuk apa ia berada di dunia.
Lelaki yang hingga saat ini digandrungi kaum pemuda Indonesia melalui karya-karya serta pengalaman pencarian jati diri yang ia tuangkan dalam sebuah tulisan.
Lelaki tersebut adalah Fiersa Besari atau biasa akrab dipanggil ‘Bung’.
Nama Lengkap | Fiersa Besari |
Kebangsaan | Indonesia |
Tempat Lahir | Bandung |
Tanggal Lahir | 03 Maret 1984 |
Pendidikan Terakhir | STBA Yapari ABA Bandung |
Profesi Utama | Penulis, Pemusik |
Prestasi / Pencapaian |
Album yang bertajuk ‘Tempat Aku Pulang’ berhasil terjual sekitar 600 keping dari 1000 keping CD. Album buku ‘Garis Waktu’ berhasil terjual hingga sepuluh ribu eksemplar. Album buku ’11:11’ berhasil memperoleh penghargaan dari IKAPI sebagai Rookie of The Year dalam acara Indonesia International Book Fair (IIBF) pada tahun 2019. Mendapatkan tawaran bersama Iwan Fals dan Once Mekel untuk berkolaborasi menyanyikan lagu ‘Ibu Pertiwi’ sebagai soundtrack film Bumi Manusia. |
1. Fakta Singkat Fiersa Besari
Pria kelahiran Bandung ini telah menerbitkan buku yang sangat diminati di pasaran dari tahun 2016 hingga 2019. Buku pertama yang berjudul ‘Garis Waktu’ memiliki tulisan menarik dalam penyajian gaya sastra yang terkadang harus dibaca 1-2 kali, namun tetap mudah dimengerti dan memiliki arti yang sangat dalam bagi pembacanya.
Selain menulis buku, ia juga merupakan seorang musisi. Fiersa telah merilis 3 album yaitu 11:11, Tempat Aku Pulang, dan Konspirasi Alam Semesta. Ketiga album yang telah ia rilis juga kerap dijadikan playlist wajib yang harus ada di beberapa radio hingga acara musik.
Kegemarannya dalam menulis serta menciptakan lagu dengan gaya sastra yang indah, tak banyak orang tahu bahwa pria kelahiran Bandung ini adalah seorang pendiri komunitas pecinta buku. Komunitas yang ia dirikan diberi nama ‘Pecandu Buku’.
[read more]
Komunitas ini bergerak di bidang literasi yang nantinya bertujuan untuk menyebarkan virus membaca kepada para anggotanya. Hal positif yang didapatkan oleh anggota komunitas ini selain kegemaran dalam membaca, mereka juga sering membuat ulasan buku yang telah mereka baca dan mengunggahnya ke dalam media sosial.
Hal unik lain yang melekat pada penulis ini adalah seseorang yang menggemari sesuatu berbau petualangan yang telah membawanya ke titik penemuan dalam dirinya dan dengan berpetualang ia mendapatkan banyak inspirasi untuk menulis karya-karyanya.
Fakta lain yang melekat pada Fiersa adalah ia tetap eksis di sosial media Twitter meski memiliki banyak penggemar di sosial media lain. Ia kerap membagikan pertualangannya di tempat-tempat indah di Indonesia. Cuitan yang ia keluarkan pun kerap mengundang banyak respon dari beberapa pengikut setianya karena bagi mereka sangat mewakili perasaan serta hati mereka pada saat itu.
Cuitan yang ia bagikan pada pengikut setianya mulai dari hal-hal lucu hingga kutipan puisi atau sajak indah buatannya.
Bahkan pada hari ulang tahunnya pada 3 Maret 2019, hastags #HBDFiersaBesari berhasil menduduki peringkat pertama dalam trending topic di Twitter.
Selain itu, ia juga aktif membagikan petualangannya melalui akun Youtube dalam bentuk video dengan jumlah subscriber mencapai 1,36 juta. Di dalam channel Youtube-nya, ia kerap membagikan kesukaannya dalam bidang fotografi dan tips menulis buku.
2. Kehidupan Pribadi
Pria yang kerap disapa ‘Bung’ ini, memiliki kehidupan pribadi yang banyak disorot oleh beberapa lapisan pemuda Indonesia. Ia awalnya dikenal sebagai lelaki yang hidup dan besar dari keluarga sederhana yang berada di Kota Bandung.
Teman-temannya pada saat itu hanya mengenalnya sebagai laki-laki tampan yang memiliki kegemaran menulis di laman Facebook-nya dengan kata-kata seperti dilanda kesedihan. Hal tersebut membuat teman-temannya berprasangka bahwa ia sedang melewati masa-masa sedih.
Setelah ia lulus, nama Fiersa sudah tidak terdengar di kehidupan perkuliahannya, lalu pada akhirnya dia dikenal banyak orang karena kegemarannya dalam membuat karya sastra puisi. Kehidupan dirinya kemudian dimulai dari kegemarannya tersebut.
Seiring berjalannya waktu, pria kelahiran Bandung tersebut merupakan salah satu tokoh yang akhirnya memanfaatkan Twitter sebagai bagian dari kegemarannya dalam menulis. Akun Twitternya dipenuhi dengan tulisan-tulisan yang berbau romansa cinta atau seluruh hal yang berkaitan dengan dunia cinta.
Tidak hanya itu, ia juga kerap membuat cuitan mengenai beberapa film yang akan tayang dan juga membagikan aktivitas yang sedang ia jalankan. Hal ini membuat sebagian lapisan masyarakat mengetahui beberapa hal yang Fiersa lakukan.
Lain halnya dengan channel Youtube-nya, ia membuat video layaknya seorang vlogger. Ia menjadikan dirinya menjadi tokoh yang membagikan ceritanya mengenai bermusik, menulis, hingga kegiatan editing videonya.
Jurnal harian berisi kehidupan pribadinya yang telah ia garap tak lepas dari pandangan para pembacanya. Jurnal tersebut berisi lebih tepatnya adalah berbagai tempat yang dirinya kunjungi seperti Gunung Patah, Gunung Sindoro, Labuan Bajo, Selayar, Kepulauan Seribu, Gunung Moreno, Bima, Malang, Banyuwangi, dan kota-kota lainnya.
Ia melakukan kegiatan tersebut bersama dengan temannya dalam rangka mencari jati diri. Ia juga mengunjungi sebuah pergelatan acara karena undangan oleh sponsor atau kegiatan mempromosikan bukunya di berbagai kota. Jurnal dalam bentuk video ini lebih terfokus pada keindahan Indonesia, sehingga setiap orang yang melihatnya akan merasa kehidupan Fiersa penuh dengan petualangan dan keindahan.
3. Pendidikan
Penulis buku ’11:11’ yang lahir di Kota Bandung ini diketahui telah menyelesaikan pendidikannya di STBA Yapari ABA Bandung. Ia merupakan mahasiswa lulusan Sastra Inggris yang pada akhir semesternya jatuh cinta pada Sastra Indonesia.
Tidak banyak lapisan masyarakat khususnya kaum muda mengetahui seluk beluk pendidikan yang telah dijalani olehnya. Sebagian besar hanya mengetahui di mana tempat ia berkuliah dan menyelesaikan masa kuliahnya. Selepas menamatkan pendidikannya di Sastra Inggris, ia tak melanjutkan kembali pendidikannya.
Fiersa langsung terjun ke dunia musik dan menulis. Ia langsung membuka studio rekaman dan mengeluarkan albumnya. Pendidikan yang sebelumnya ia dapatkan, kemudian ia tuangkan ke dalam karya sastra Indonesia.
Banyak lapisan pihak mengira bahwa ia berputar arah untuk terjun ke dunia Sastra Indonesia dengan segala kemampuan yang ia miliki. Hal tersebut ia buktikan melalui tulisan-tulisan yang awalnya ia bagikan di laman Facebook, kini tulisannya merambah ke dunia kaum muda di berbagai sosial media.
4. Kisah Cinta
Lelaki yang telah berbahagia pada 14 Juli 2019 karena telah resmi mempersunting pujaan hatinya bernama Aqia Nurfadla ternyata memiliki segelintir kisah cinta yang tak banyak diketahui banyak orang. Sebelum resmi menikah, keduanya telah menjalani hubungan selama bertahun-tahun dengan berbagai kisah suka serta duka bersama.
Aqia pertama kali mengetahui pria kelahiran 3 Maret ini melalui Twitter. Suatu saat karena didorong oleh rasa penasaran, Aqia memutuskan untuk datang saat Fiersa manggung di sebuah kafe di Bandung. Pada saat itu pun mereka berdua berfoto sebagai penulis dan penggemar.
Tak lama berselang, pria yang kerap disapa ‘Bung’ memutuskan untuk berkelana keliling Indonesia. Namun petualangan yang ia lakukan tidak memecah komunikasinya. Mereka tetap berkomunikasi melalui telepon genggam berbulan-bulan lamanya. Seiring berjalannya komunikasi yang mereka lakukan, keduanya mengaku memiliki perasaan khusus yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Sepulang dari berkelana, akhirnya ‘Bung’ dapat bertemu kembali dengan wanita yang telah lama berkomunikasi dengannya. Kala itu, ia memiliki studio musik yang sangat kerap didatangi oleh Aqia bersama teman-temannya dan pada saat itu mereka masih memiliki kekasih masing-masing.
Titik balik dari kisah cinta mereka saat ‘Bung’ terkena penyakit hepatitis hingga membuatnya dirawat di rumah sakit. Saat ia sakit, Aqia dengan setia menemani serta merawatnya hingga ia dapat melewati masa-masa kritisnya tersebut. Termasuk membantunya dalam menghilangkan panu yang ia dapatkan setelah pulang dari petualangan keliling Indonesia.
Bahkan saat nama Fiersa Besari dikenal luas oleh khalayak publik, wanita yang telah mendampinginya saat masa-masa sulit menjadi sosok yang jarang diketahui publik. Namun beberapa kali Aqia kerap tampil di unggahan video ‘Bung’, barulah penggemar serta pengikut setia Fiersa Besari mengetahui bahwa idolanya telah memiliki tambatan hati.
Si ‘Bung’ mulai terbuka dengan kehidupan percintaannya ke publik saat setelah dengan resmi melamar Aqia. Setelah melamar Aqia, keduanya mengalami berbagai drama percintaan dan sempat untuk memutuskan berpisah. Perpisahan itu akhirnya membawa mereka mengerti apa arti dari kehilangan, sehingga mereka mantap untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
5. Karier
Fiersa Besari mengawali kariernya menjadi seorang musisi dan dikenal sebagai musisi indie yang berasal dari Bandung. Ia mulai aktif bermusik sejak bergabung dengan band indie post rock Climacteric sebagai vokalis. Band tersebut berhasil meriliskan album bertajuk ’11:11′ pada tahun 2012 kemudian berlanjut merilis dua album berikutnya yaitu ‘Tempat Aku Pulang’ dan ‘Konspirasi Alam Semesta’.
Pria kelahiran Bandung ini, aktif menulis setelah melakukan penjelajahan selama delapan bulan. Waktu delapan bulan tersebut ia gunakan untuk menjelajah kota kelahirannya, Bandung kemudian melanjutkan petualangannya hingga Titik Nol di Pulau Sabang, Sumatera.
Penjelajahan yang ia lakukan tidak hanya berhenti pada daerah tersebut saja, ia juga melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi sampai Jayapura di Tanah Papua. Sejak ia mencoba mencari jati diri serta arti dari perjalanan yang dilalui, Fiersa tak lagi aktif menjadi musisi indie yang telah membawanya eksis dalam berkarier.
Perjalanan delapan bulan yang telah dilalui, aktivitas membaca buku, mencatat serta menulis, dan mengobrol dengan orang-orang sekitar menjadi kegiatan wajib sehari-hari yang ia lalukan. Kata-kata yang ia tulis mampu menghipnotis para pembacanya hingga kemudian ia menerbitkan tulisan pertamanya ‘Garis Waktu’ dalam bentuk sebuah buku pada tahun 2016.
Sejak buku ‘Garis Waktu’ yang telah ia tulis diterbitkan oleh MediaKita (Agromedia Group), akhirnya dia mantap berkiprah menjadi seorang penulis. Menitih karir sebagi seorang penulis yang saat ini digandrungi oleh kaum muda adalah capain yang tidak mudah baginya.
Sebelumnya setelah lulus kuliah, ia memilih untuk bekerja di kantor. Namun karena tidak merasa nyaman di lingkungannya, kemudian ia mulai putar haluan terjun ke dunia sastra hingga saat ini. Berawal dari sanalah ia membuat sebuah mahakarya yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
6. Karya Fiersa Besari
‘Bung’ yang sebelumnya jatuh cinta pada musik, membuatnya membangun studio komersil pada tahun 2009. Di studio tersebutlah ia merekam seluruh karya-karyanya. Pada mulanya, ia hanya menyebarkan karyanya di sosial media Soundcloud namun akhirnya berlanjut hingga merajai Youtube.
Pada tahun 2012, Bung membuat dan merilis albumnya yang berjudul ’11:11’ yang akhirnya sangat laku dipasaran. Tahun berikutnya yaitu 2013, ia kembali menerbitkan albumnya ‘Tempat Aku Pulang’. Album tersebut berisi perpisahan dalam perjalanannya berkeliling Indonesia untuk menemukan jati dirinya.
Fiersa juga memutuskan untuk menutup studionya dan hengkang dari bisnis tersebut. Kembalinya ‘Bung’ dengan merilis beberapa mini album pada 2013 membuatnya semakin lebih kritis dalam berkarya.
Kemudian pada tahun 2014, ‘Tempat Aku Pulang’ telah berhasil dilengkapi dengan jumlah 14 lagu di dalam albumnya. Launching album yang ia lakukan di sebuah kafe di Bandung membuatnya berhasil menjual sekitar 600 dari 1000 keping CD yang telah dicetak. Album yang laku dipasaran tersebut membuat ‘Bung’ dan manajemennya meningkatkan promosi melalui sosial media, seperti iTunes.
Bukan hanya dalam bentuk seni musik, Fiersa juga bergerak dalam bidang penulis sastra yang kini telah membesarkan namanya. Pada September 2016 hingga saat ini, Fiersa telah berhasil menerbitkan 5 buku yang melejit masuk kedalam best seller, meliputi ‘Garis Waktu’ (2016), ‘Konspirasi Alam Semesta’ (2017), ‘Catatan Juang’ (2018), ‘Arah Langkah’ (2018), dan Albuk ‘11:11’ (2018).
Buku ‘Garis Waktu’ berhasil terjual hingga mencapai sepuluh ribu eksemplar. Seiring berjalannya waktu, ia menerbitkan kembali karyanya pada tahun 2019 yang bertajuk ‘Tapak Jejak’ yang merupakan sekuel dari ‘Arah Langkah’.
7. Raihan Penghargaan Fiersa Besari
Penulis muda Indonesia ini selain memiliki banyak karya yang melejit, ia juga mendapatkan penghargaan dari berbagai macam pihak. Bakatnya dalam bidang literasi sangat banyak memberikan pandangan seseorang hingga berpengaruh positif pada pembaca setianya.
Tingginya peminat tulisannya, membuat Fiersa mendapatkan penghargaan tersebut. Baru saja ia mendapatkan penghargaan dari IKAPI Awards 2019 sebagai pemenang untuk kategori Rookie of the Year.
Kategori tersebut merupakan kategori baru yang diadakan pada penghargaan tahun ini. Penghargaan tersebut ia dapatkan semata bukan hanya karena ia tekenal di kalangan pemuda Indonesia, namun karena enam karya Fiersa Besari yang telah terbit dan salah satunya adalah album buku ’11:11’.
Album buku ’11:11’ tersebutlah yang kemudian membawa pria keturunan Sunda mendapatkan penghargaan di IKAPI Awards 2019 berkat keunikannya dalam menggabungkan album musik dengan karya tulis.
Album buku ’11:11’ merupakan proyek lama digarap dan dihadirkan dalam bentuk medium yang berbeda. Ketika ia telah mendapatkan dukungan suara dari pihak penerbit dan gerbang pada dunia buku, maka tulisan-tulisan yang telah ia buat dulu dan belum dikenal oleh berbagai khalayak, dikenalkan kembali ke publik melalui bukunya tersebut.
Selain itu, buku terbarunya ‘Tapak Jejak’ yang baru saja terbit pada 17 Agustus 2019 juga mendapatkan antusiasme yang sangat tinggi dari penikmat dan pembaca setianya. Melalui hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Fiersa berhak serta layak mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya yang banyak menginspirasi kebanyakan orang.
Fiersa Besari adalah seorang lelaki sederhana yang lahir di salah satu kota kecil di Bandung yang sangat menyukai serta menggemari dunia Sastra Indonesia. Ia memanfaatkan kegalauan dan kesedihannya menjadi sebuah karya dengan kosa kata yang indah dan bermakna. Kritikan dan keunikan yang berada di dalam seluruh karyanya membuat ia diterima berbagai lapisan masyarakat terutama pemuda Indonesia. Kini karya-karyanya telah banyak diapresiasi serta digandrungi.
Editor:
Mega Dinda Larasati
[/read]