Chairil Anwar merupakan penyair dengan karyanya yang sangat terkenal yaitu puisi “Aku”. Puisi tersebut membuatnya juga dikenal sebagai “Si Binatang Jalang”. Ia merupakan seorang penyair legendaris di Indonesia. Bagi penikmat syair dan puisi di Indonesia, karya Chairil Anwar akan selalu abadi.
Nama Lengkap | Chairil Anwar |
Kebangsaan | Indonesia |
Tempat Lahir | Medan |
Tanggal Lahir | 26 Juli 1922 |
Pendidikan Terakhir | Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) |
Profesi Utama | Penyair |
Prestasi / Pencapaian |
Pelopor angkatan ’45 dan pelopor puisi modern Indonesia oleh H.B Jassin, Dewan Kesenian Bekasi Award 2007 kategori seniman sastra |
1. Kehidupan Pribadi Chairil Anwar
Chairil Anwar adalah seorang laki-laki kelahiran Medan, Sumatera Utara yang terkenal di dunia sastra setelah karyanya yang berjudul “Nisan” dimuat dalam majalah terbitan tahun 1942. Pada saat usianya masih 20 tahun.
Ia lahir pada tanggal 26 Juli 1922 dan merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri Toelos dan Saleha. Kedua orang tuanya berasal dari Provinsi Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Lima Puluh Kota. Ayahnya berasal dari daerah Baruah sedangkan ibunya dari daerah Situjuh. Ayahnya bekerja sebagai bupati di Kabupaten Inderagiri, Provinsi Riau.
Keluarga Chairil Anwar memiliki hubungan pertalian keluarga dengan Perdana Menteri Pertama Indonesia, yaitu Sutan Sjahrir. Ia dibesarkan di Medan selama 19 tahun sebelum dirinya pindah ke Batavia bersama dengan ibunya. Ia tidak dimanjakan oleh kedua orang tuanya walaupun ia merupakan anak tunggal. Oleh karena itu, Chairil Anwar memiliki sifat tidak ingin kehilangan dan keras kepala.
[read more]
Saat usianya masih remaja keluarganya didera berbagai masalah.
Puncak masalah dari kehidupan keluarganya yaitu perceraian antara ayah dan ibunya. Setelah bercerai ayahnya menikah lagi. Sejak perceraian tersebut ia tinggal bersama ibu dan neneknya. Nenek merupakan teman akrabnya sewaktu kecil yang paling mengesankan dan berarti dalam hidupnya. Ia mengalami kepedihan yang sangat mendalam pada saat neneknya meninggal dunia. Chairil Anwar merasa sangat terpukul dan kehilangan neneknya.
Chairil Anwar memiliki teman dekat yang sangat mengetahui seluk beluk dan sifatnya sewaktu kecil yaitu Sjamsul Ridwan. Sjamsul Ridwan adalah teman dekat yang membuat sebuah tulisan tentang kehidupannya saat masih kecil.
Menurut Sjamsul Ridwan, saat kecil Chairil Anwar adalah anak yang selalu semangat dan terkenal kedegilannya. Ia adalah seorang yang pantang kalah dan dikalahkan. Di dalam suatu persaingan, ia selalu ingin menang bagaimanapun caranya. Apalagi untuk mendapatkan keinginan hatinya, ia selalu berusaha keras dengan berbagai cara. Hasrat dan keinginannya yang besar tesebut yang membuat jiwanya selalu menyala dan meluap-luap. Ia sangat memanfaatkan waktu dalam hidupnya sehingga waktunya banyak digunakan untuk mencapai keinginannya. Ia cenderung tidak pernah diam apalagi menghabiskan waktunya secara sia-sia.
Wanita merupakan bagian terpenting dari kehidupan Chairil Anwar. Baginya wanita adalah cinta keduanya setelah sastra. Nenek adalah sosok terdekat dengan dirinya sebelum Sang Ibu sendiri. Saat orang tuanya bercerai, ia memilih tinggal bersama ibunya. Ia merasa aman dan nyaman saat dekat dengan ibunya. Di depan ibunya, ia sering kehilangan sisinya yang liar bahkan bersikap lebih santun.
Kedekatan dengan ibunya membuat ia kerap menyebut nama ayahnya, Toeloes di depan ibunya. Sebutan tersebut merupakan tanda untuk menyebelahi nasib sang ibu. Ia mengikuti ibunya pindah ke Batavia (Jakarta) pada tahun 1940 pada saat usianya masih menginjak 19 tahun.
2. Pendidikan Chairil Anwar
Pendidikan yang ditempuh oleh Chairil Anwar tidak terlalu tinggi. Pendidikan awal ditempuhnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). HIS setara Sekolah Dasar (SD) pada saat masa penjajahan Belanda. Sekolah tersebut dikhususkan bagi orang-orang pribumi Indonesia sewaktu Belanda menjajah.
Ia kembali melanjutkan sekolahnya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Sekolah tersebut sesatar dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada masa penjajahan Belanda. Ia tidak menamatkan pendidikan di MULO karena putus sekolah sebelum lulus.
Ia telah mulai menulis semenjak dirinya remaja, tetapi tidak ada satupun puisi yang dibuatnya berhasil dimuat dan sesuai dengan keinginanya.
Di usianya yang genap 18 tahun ia sudah tidak bersekolah lagi. Hal tersebut dikarenakan ia bertekad menjadi seorang seniman bahkan sejak usia 15 tahun. Walaupun dirinya ridak menyelesaikan sekolah dan hanya tamatan SD, tetapi dia tetap memanfaatkan waktu dengan baik.
Chairil Anwar mampu menguasai tiga bahasa yaitu Belanda, Jerman, dan Inggris. Ia mengisi waktu luang dengan dengan membaca karya puisi dan sastra milik pengarang Internasional ternama, seperti W.H Auden, Edgar du Perron, Rainer Maria Rike, J. Slaurhoff, Hendrik Marsman, dan Archibald Macleish.
3. Perjalanan Menjadi Penyair
Perjalanannya masuk ke dalam dunia sastra dimulai saat ia berusia 19 tahun. Saat itu ia pindah dari Medan ke Batavia (Jakarta) bersama dengan ibunya. Ia banyak mengenal sastra di Jakarta dan membuatnya semakin semangat untuk menggapai cita-citanya menjadi seniman.
Karya Chairil Anwar pertama dimuat di majalah pada tahun 1942 yang berjudul Nisan. Karya tersebut mengantarkannya menjadi penyair terkenal. Pada saat itu usianya baru menginjak 20 tahun. Puisi Nisan banyak yang merujuk kepada kematian, bahkan sebagian besar puisi yang di tulis oleh Chairil Anwar bertema kematian.
Pertama kali ia mengirim puisi ke majalah Pandji Pustaka, banyak puisinya yang tidak dimuat, bahkan ia mengalami penolakan karena hasil karyanya dianggap tidak sesuai dengan semangat KKBATR (Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya) dan terlalu individualistis.
Pada saat masa penjajahan Jepang, puisinya hanya beredar dan ditulis pada kertas murah dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Setelah Indonesia merdeka, Chairil Anwar dengan leluasa dapat menerbitkan hasil karyanya.
Akhirnya ia dapat menjadi penyair besar yang banyak menginspirasi orang. Karyanya sangat mengapresiasi upaya manusia dalam meraih kemerdekaan termasuk perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan.
Ia menjadi sastrawan dan penyair terkenal di Indonesia pada waktu itu. Ia memililki beberapa karya sastra terjemahan dari penulis internasional terkenal.
Ia merupakan pelopor Angkatan 45 yang membuat trend baru dalam membuat karya puisi yaitu pemakaian kata yang terkesan solid, kuat, dan sangat lugas. Chairil Anwar merupakan pelopor puisi modern Indonesia bersama dengan Rivai Apin dan Asrul Sani.
Ia juga pernah menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta.
4. Perjalanan Cinta
Bagi Chairil Anwar, wanita merupakan kehidupan keduanya setelah sastra. Lelaki flamboyan ini dikenal dekat dengan banyak wanita. Bahkan, seluruh wanita yang pernah dikerjarnya masuk ke dalan puisi-puisi ciptaannya.
Pada saat dirinya menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, ia sempat jatuh cinta kepada Ida Sri Ayati, tetapi ia tidak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkan perasaan cintanya. Selain Sri Ayati, ia dekat dengan Gadis Rasyid, Roosmeini, dan Mirat yang juga diabadikan olehnya dalam karya puisi.
Chairil Anwar menikah dengan gadis Karawang yang bernama Hapsah Wiraredja pada tanggal 6 Agustus 1946. Pernikahan keduanya akhirnya dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Evawani Alissa. Ikatan suci antara Chairil Anwar dan Hapsah harus kandas pada akhir tahun 1948 karena permasalahan ekonomi dan gaya hidup Chairil Anwar.
Perceraian tersebut terjadi saat putri keduanya berumur 7 bulan. Chairil Anwar menjadi duda pada usianya yang ke 26 tahun
5. Hasil Karya dan Prestasi
Karya sastra Chairil Anwar selama hidupnya berjumlah 75 puisi, 7 prosa, 3 koleksi puisi, 10 puisi terjemahan, dan 4 prosa terjemahan. Puisi asli karyanya dimasukkan ke dalam kumpulan versi koleksinya.
Karyanya antara lain:
- Deru Campur Debu yang diterbitkan tahun 1949
- Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus diterbitkan tahun 1949
- Tiga Menguak Takdir yang diterbitkan tahun 1950
- Aku Ini Binatang Jalang yang diterbitkan tahun 1986
- Koleksi Sajak 1942-1949 yang diedit oleh Pamusuk Erneste
- Derai-Derai Cemara yang diterbitkan pada tahun 1998.
Ia memiliki karya terjemahan dari penulis terkenal internasional seperti Andre Gide dan John Steinbeck. Karya dari Andre Gide yang ia terjemahkan adalah Pulanglah Dia Si Anak Hilang yang diterbitkan pada tahun 1948. Karya John Steinbeck yang diterjemahkan adalah Kena Gempur yang diterbitkan pada tahun 1951.
Karya Chairil Anwar juga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Spanyol, Inggris, dan Jerman.
Karyanya yang diterjemahkan antara lain:
- Sharp Gravel, Indonesian Poems yang diterjemahkan oleh Donna M. Dickinson pada tahun 1960 dan diterbitkan di Berekeley, California
- Cuatro Poemas Indonesios yang diterjemahkan oleh Palma de Mallorca pada tahun 1962 dan diterbitkan di Madrid
- Chairil Anwar Selected Poems yang diterjemahkan oleh Nurdin Salam dan Burton Raffel pada tahun 1963 dan diterbitkan oleh New Directions di New York
- Only Dust Three Modern Indonesian Poets yang diterjemahkan oleh Ulli Beier dan diterbitkan oleh Papua Pockets Poets di Port Moresby, New Guinea
- The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar yang diterjemahkan dan disunting oleh Burton Raffel pada tahun 1970 dan diterbitkan oleh State University of New York Press di Albany
- The Complete Poems of Chairil Anwar yang diterjemahkan dan disunting oleh Liaw Yock Fang dibantu oleh HB Jassin yang diterbitkan oleh University Education Press di Singapura pada tahun 1974
- Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/ Deutsch yang dierjemahkan oleh Walter Karwath dan diterbitkan oleh Octopus Verlag di Wina pada tahun 1978
- The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar yang diterjemahkan oleh Burton Raffel dan diterbitkan oleh Ohio University, Center for International Studies di Athena pada tahun 1993
Ia memperoleh penghargaan Pelopor angkatan ’45 dan pelopor puisi modern Indonesia oleh H.B Jassin dan Dewan Kesenian Bekasi Award 2007 kategori seniman sastra.
6. Kontroversi
Nama besar Chairil Anwar tidak terhindar dari kontroversi yang pernah ia alami. Ia pernah dituduh melakukan plagiarism oleh H.B Jassin. Puisinya yang berjudul “Karawang-Bekasi” disebut mirip dengan puisi karya Archibald MacLeish yang berjudul “The Dead Young Soldiers”.
H.B Jassin menuliskan tuduhannya dalam tulisannya yang berjudul Karya Asli, Saduran, dan Plagiat pada Mimbar Indonesia. Tetapi H.B Jassin tidak pernah menyalahkan Chairil Anwar karena menurutnya karya Chairil Anwar tetap menunjukkan ciri khas di dalamnya. Sajak karya MacLeish menurut Jassin hanya sebagai katalisator penciptaan puisi Chairil Anwar.
7. Akhir Hayat Chairil Anwar
Meskipun masih sangat muda Chairil Anwar sudah terserang sejumlah penyakit. Ia mengalami infeksi saluran pernapasan dan terserang penyakit TBC. Penyakit TBC inilah yang membuat fisiknya semakin lemah.
Ia juga memiliki penyakit usus yang menyebabkan kematian Sang Penyair.
Ia sempat dirawat di Rumah Sakit CBZ atau yang sekarang berganti nama menjadi Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama 6 hari dari tanggal 22-28 April 1949. Ia dirawat karena sakit tifus yang kemudian menyebabkan dirinya meninggal karena ususnya pecah.
Ia wafat pada tanggal 28 April pukul 14:30 WIB. Menjelang waktu meninggal ia sempat mengigau dan mengucap “Tuhanku, Tuhanku..” sebagai kata insaf akan dirinya. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak esok hari setelah kematiannya. Ia diangkut dari kamar mayat Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo oleh banyak pemuda dan banyak orang Republikan terkemuka mengiringinya.
Hari meninggal beliau diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Hingga kini makamnya banyak diziarahi oleh ribuan pengagum dari masa ke masa. Karyanya juga tidak akan pernah dilupakan dan akan tetap abadi.
Itulah biografi si Binatang Jalang yang merupakan penyair terkenal dan legendaris di Indonesia. Semangat juangnya dapat dijadikan teladan bagi kita untuk menggapai apa yang kita cita-citakan.
Editor:
Mega Dinda Larasati
[/read]