Prosa Lama: Pengertian, Karakteristik, Jenis, dan Contoh Lengkap

“Prosa lama adalah bentuk karya sastra Indonesia yang sudah ada sejak dahulu.”

Salah satu ungkapan dalam bentuk tulisan adalah karya sastra.

Melalui karya sastra, setiap orang dapat mengekspresikan ide, pemikiran, opini, atau gagasan pada setiap kata dalam sebuah karya sastra.

Karya sastra memiliki berbagai macam bentuk seperti puisi, drama, bahkan prosa.

Tidak seperti puisi, prosa merupakan salah satu bentuk karya sastra yang tidak memiliki aturan terikat dalam pembuatannya.

Artinya, prosa dapat menggunakan bahasa yang panjang dan bebas, tidak seperti puisi yang memiliki aturan dalam ritme dan jumlah baris setiap baitnya.

Prosa Lama Karya Sastra Indonesia

Selain prosa baru, dalam jenis prosa, dikenal prosa lama. Yaitu jenis prosa yang tidak mengalami atau terkena perubahan akibat kebudayaan dari luar atau asing.

Prosa lama dapat dengan mudah ditemukan di sekitar Anda.

Karangan bebas tersebut pada umumnya digunakan untuk menceritakan kisah-kisah fiktif atau rekaan hasil karya imajinasi oleh pengarang terdahulunya.

Sehingga, pada umumnya, prosa lama memiliki cerita-cerita yang biasa dibaca atau didengar masyarakat sedari kecil hingga ia beranjak dewasa.

1. Pengertian

Menurut KBBI, prosa merupakan karya sastra karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi).

Salah satu jenis prosa yang saat ini masih kita dengar adalah prosa lama.

Pengertian prosa lama adalah prosa yang hidup dan lahir dalam masyarakat lama Indonesia, yakni masyarakat yang sederhana dan terikat oleh adat istiadat.

Isi prosa lama bersifat nasihat, moral, ajaran agama, pendidikan, adat dan cara berlisan yang terikat oleh aturan.

Definisi prosa lama juga dapat diartikan sebagai suatu karya sastra atau karangan bebas yang berasal dari ungkapan ekspresi yang imajinatif sang pengarang yang masih pekat akan budaya tradisional.

Sehingga gaya bahasa prosa lama biasanya memiliki kekhasan, yaitu gaya bahasa yang masih berlatarkan zaman kerajaaan.

Dalam penyebarannya, prosa ini termasuk ke dalam tradisi lisan karena kebanyakan disampaikan secara turun-temurun dari mulut ke mulut hingga tersebar ke seluruh kalangan masyarakat.

Hal ini terjadi sebab prosa lama berkembang sejak zaman dahulu kala, saat masyarakat belum mengenal aksara.

Meskipun ada beberapa prosa yang sudah berbentuk tulisan, namun jumlahnya masih sedikit.

2. Karakteristik

Karakteristik yang paling mudah dikenali dari prosa ini adalah bersifat statis karena belum dipengaruhi oleh kebudayaan barat.

Akibatnya, prosa lama mengalami penyebaran yang lambat.

Prosa lama biasanya lebih imajinatif dibandingkan dengan prosa baru, sehingga prosa lama cenderung bersifat fantasi.

Prosa lama mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha dan Islam.

Hal itu terjadi karena kebudayaan menulis atau mengenal aksara berkembang pada dua zaman tersebut.

Nama pengarang prosa lama pada umumnya masih anonim, sebab prosa tersebut tersebar ketika masyarakat rata-rata belum mengenal tulisan.

[read more]

Prosa lama juga memiliki dua unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrisik merupakan unsur yang membangun dari dalam cerita seperti tema, tokoh, alur, konflik, klimaks, latar, amanat, sudut pandang, dan penokohan.

Unsur yang paling mudah dilihat dari prosa lama adalah biasanya prosa lama memakai latar dan tokoh yang berhubungan dengan kerajaan, meskipun tidak semua prosa lama selalu berhubungan dengan kerajaan.

Selain unsur intrinsik, prosa lama juga memiliki unsur ekstrinsik.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi cerita dari unsur ekstrinsik adalah keyakinan, pandangan hidup, sikap subjektif, dan psikologi.

Salah satu unsur ekstrinsik yang menonjol dari prosa lama adalah unsur keyakinan.

Unsur keyakinan yang terdapat dalam cerita prosa lama biasanya dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Hindu-Buddha dan Islam. Sehingga, nilai-nilai atau pesan moral masih berkaitan dengan kedua budaya tersebut.

Secara umum, prosa lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Prosa lama bersifat statis, artinya memiliki pola-pola kalimat, ungkapan dan tema cerita yang sama yang sesuai dengan perkembangan pengetahuan masyarakat yang cenderung lambat kala itu.
  2. Diferensiasi yang sedikit karena prosa lama cenderung memiliki ikatan unsur-unsur yang sama dipengaruhi oleh unsur yang serupa.
  3. Prosa lama bersifat tradisional, yaitu selalu menampilkan kalimat-kalimat yang sama dalam cerita-cerita berlainan.
  4. Prosa lama hidup di tengah-tengah masyarakat dan tidak diketahui secara pasti siapa pengarangnya (anonim) sehingga dianggap milik bersama. Hal tersebut disebabkan prosa lama diceritakan secara turun-temurun melalui lisan dan bukti otentik terkait tulisan sulit ditemukan.
  5. Tidak memperhatikan sejarah atau perhitungan waktu, sehingga alur cerita sulit untuk dipahami.
  6. Bahasanya masih tradisional dan bersifat klise karena dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Budha yang sulit dipahami.
  7. Prosa lama bersifat istanasentris, yaitu selalu mengisahkan sebuah kerajaan, pemerintahan, istana serta orang-orang bawahan.
  8. Prosa lama pada umumnya disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut, meskipun ada beberapa prosa lama yang sudah disampaikan dalam bentuk tulisan.
  9. Bersifat khayal atau fantasi. Tokoh yang terlibat dapat berupa manusia, hewan ataupun bahkan tumbuhan.
  10. Memiliki amanat, isi, dan pesan yang ingin disampaikan.

3. Jenis-Jenis Prosa Lama

Prosa lama memiliki beragam jenis. Unsur pembangun cerita pada setiap jenis prosa lama memiliki perbedaan yang menonjol. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

3.1 Hikayat

Hikayat merupakan prosa lama yang berisikan cerita fiktif, menggambarkan kepahlawanan dan kesaktian dari tokoh yang diceritakan.

Informasi lengkap mengenai hikayat dapat dilihat pada artikel “Hikayat: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Karakteristik, dan Contoh“.

Prosa ini menunjukkan perjuangan tokoh beserta kehebatan-kehebatannya yang tidak masuk akal.

Karangan ini pada umumnya memiliki amanat yang khas, ditujukan untuk membakar semangat juang pembacanya.

Fungsi hikayat secara umum adalah sebagai sarana hiburan atau pelipur lara, pembangkit semangat dan biasanya hikayat dibacakan sebagai usaha meramaikan suatu pesta.

Sama dengan karya sastra lainnya, hikayat memiliki unsur yang mutlak ada.

Beberapa unsur tersebut antara lain tema, latar, alur, amanat, tokoh, sudut pandang, dan gaya bahasa.

Hikayat yang paling terkenal dan tidak asing bagi Anda salah satunya adalah Hikayat Hang Tuah yang menceritakan tentang kesetiaan dan kehebatan seorang laksamana yang bernama Hang Tuah.

Melalui Hikayat Hang Tuah, dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang paling menonjol dari sebuah hikayat adalah ceritanya bersifat fantasi.

Kesaktian sang tokoh dalam Hikayat Hang Tuah terkesan sangat mustahil.

Selain itu, gaya bahasanya dari awal hingga akhir menggunakan bahasa Melayu Klasik, sehingga ada beberapa kosakata yang asing didengar.

Contoh hikayat lainnya adalah

  • Hikayat Seribu Satu Malam,
  • Hikayat Indra Bangsawan,
  • Hikayat Malim Demam,
  • Hikayat Si Miskin, dan
  • Hikayat Putri Kemuning.

3.1.1 Hikayat Berdasarkan Isinya

Berdasarkan isinya, hikayat dapat dikelompokkan sebagai berikut.

  • Epos India
  • Cerita Rakyat
  • Cerita-cerita Islam
  • Cerita dari Jawa
  • Sejarah dan Biografi

3.1.2 Hikayat Berdasarkan Asalnya

Berdasarkan asalnya, hikayat dapat dikelompokkan sebagai berikut.

  • Melayu Asli
  • Hikayat Malim Demam
  • Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur Islam)
  • Hikayat Indera Bangsawan
  • Hikayat Si Miskin (bercampur dengan Islam)
  • Hikayat Malim Demam

3.1.3 Hikayat Pengaruh Jawa

Berikut adalah hikayat yang dipengaruhi budaya Jawa.

  • Hikayat Cekel Weneng Pati
  • Hikayat Panji Semirang
  • Hikayat Indera Jaya

3.1.4 Hikayat Pengaruh Hindu

Berikut adalah hikayat yang dipengaruhi budaya Hindu.

  • Hikayat Sang Soma (Mahabrata)
  • Hikayat Perang Pandhawa (Mahabrata)
  • Hikayat Sri Rama (Ramayana)
  • Hikayat Bayan Budiman

3.1.5 Hikayat Pengaruh Persia-Arab

Berikut adalah hikayat yang dipengaruhi budaya Persia-Arab.

  • Hikayat Bachtiar
  • Hikayat Amir Hamzah
  • Hikayat Seribu Satu Malam

3.2 Sejarah (Tambo)

Jenis prosa lama lainnya adalah sejarah (tambo).

Tambo erat hubungannya dengan budaya Minangkabau.

Sebab, karya sastra ini lahir dari kebudayaan masyarakat Minangkabau.

Kata aslinya adalah tambe atau tambay dari bahasa Sanskerta, yang memiliki arti bermula.

Tambo merupakan sastra sejarah yang menggambarkan silsilah atau keturunan raja, adat istiadat, asal usul suatu bangsa, aktivitas sehari-hari, nilai-nilai hingga norma dan sistem pemerintahan yang melekat pada kebudayaan masyarakat Minangkabau.

Tambo terbagi menjadi dua jenis.

Salah satunya adalah tambo adat, yang bercerita tentang hukum, norma, hingga sistem dan aturan pemerintahan Minangkabau pada masa lampau.

Jenis tambo lainnya adalah tambo alam yang menceritakan tentang asal usul kerajaan, negeri, hingga sisilah atau keturunan raja-raja Minangkabau.

Selain itu, batas wilayah juga dijelaskan dalam tambo alam Minangkabau.

Tambo merupakan prosa lama yang dapat dibuktikan dengan fakta.

Contoh tambo yang populer karya Datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang.

Tambo tersebut merupakan sejarah Melayu yang ditulis pada tahun 1612.

3.3 Kisah

Menurut KBBI, kisah adalah cerita tentang kejadian (riwayat dan sebagainya) dalam kehidupan seseorang.

Kisah juga dapat diartikan sebagai cerita yang menggambarkan tentang pengalaman seorang atau suatu kumpulan tokoh dalam menempuh perjalanan.

Di dalam ceritanya mengandung pesan moral atau amanat yang baik contohnya adalah Kisah Pelayaran Abdullah Ke Kelantan.

3.4 Dongeng

Dongeng merupakan prosa lama yang paling dekat dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Karangan ini juga memiliki jenis yang beragam dan biasanya sangat digemari oleh anak-anak.

Daya tariknya adalah ceritanya yang sangat imajinatif dan memiliki fantasi yang tinggi dalam penggambarannya.

Dongeng merupakan cerita fiktif dengan imajinasi yang tinggi oleh sang pengarang dan pada umumnya cerita ini belum pernah terjadi dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan isinya, dongeng dapat dikategorikan menjadi enam jenis, yaitu fabel, mite, legenda, sage, parabel, dan dongeng jenaka.

3.4.1 Fabel

Dongeng Kancil yang Cerdik, Kura-kura dan Kelinci yang Sombong, Buaya Menipu Kerbau, Gagak yang Sombong, ataupun Harimau Sang Raja Rimba sepertinya tidak asing lagi kita dengar.

Semua dongeng tersebut dapat disebut sebagai cerita binatang atau fabel, yaitu dongeng yang mengisahkan perilaku manusia dengan penggambaran tokohnya menggunakan hewan.

Melalui fabel, pesan moral dapat disampaikan dengan mudah.

Tak heran, fabel adalah jenis dongeng yang paling banyak digemari anak-anak.

3.4.2 Mite (Mitos)

Mite atau mitos merupakan jenis dongeng yang menceritakan suatu tokoh atau benda yang berhubungan dengan hal-hal gaib.

Tokoh dalam mite memiliki hubungan kuat dengan kekuatan supernatural dan kedewataan serta dianggap suci bagi masyarakat sekitarnya.

Mite juga pada umumnya menceritakan dewa-dewi, peri, bidadari, dan benda-benda keramat dan unsur-unsur mistis lainnya.

Mite pada umumnya dipercaya telah terjadi di lingkungan masyarakat tersebut.

Hal ini mempengaruhi kebudayaan atau kebiasaan suatu masyarakat setempat. Sehingga, apabila ada satu mite yang berkembang di suatu daerah. Sudah tentu pasti berbeda dengan cerita mite serupa di daerah lain.

Hal ini juga terjadi karena perbedaan nilai-nilai, adat isitiadat, dan keyakinan pada masyarakat berbeda tempat.

Salah satu cerita mitos yang paling terkenal adalah Nyi Roro Kidul.

Kisah Nyi Roro Kidul dalam budaya Jawa berbeda dengan budaya Sunda, karena adat istiadat yang berbeda pula dalam masing-masing suku.

Selain itu ada mite Nyi Blorong, Manusia Harimau, Dewi Nawang Wulan, Dewi Sri, dan lain sebagainya.

3.4.3 Legenda

Legenda merupakan cerita atau dongeng yang menggambarkan asal-usul suatu tempat.

Kisahnya dipercaya benar-benar terjadi oleh masyarakat.

Cerita ini mengandung unsur kesaktian dan kehebatan dari tokoh.

Selain itu ada unsur magis atau gaib dalam karangan ini.

Karakteristik legenda hampir mirip dengan mite.

Yang membedakannya ialah cerita dalam legenda tidak dianggap suci oleh masyarakat.

Selain mengenai asal usul suatu tempat, legenda juga dapat berupa cerita asal usul seorang tokoh.

Contoh legenda antara lain Gunung Tangkuban Perahu, Legenda Danau Toba, Legenda Roro Jonggrang, Asal Usul Candi Prambanan, dan sebagainya.

3.4.4 Sage

Sage adalah dongeng yang menceritakan tentang perjuangan dan kesaktian seorang pahlawan.

Isi cerita Sage, memiliki banyak unsur sejarah.

Kisahnya keberanian sang tokoh tersebut dipercaya telah terjadi pada masa lampau.

Sage pada awalnya, diceritakan secara lisan dan turun temurun, sehingga pada bagian alur ceritanya terdapat beragam versi, bahkan ada yang ditambah-tambahkan.

Sage juga kental akan unsur khayal.

Dongeng-dongeng yang termasuk ke dalam jenis sage contohnya adalah Jaka Tingkir, Caadara, Ciung Wanara, Wiro Sableng, dan masih banyak lagi.

3.4.5 Parabel

Parabel merupakan cerita fiktif yang isi amanatnya ditujukan untuk menyampaikan pesan berupa nilai-nilai kehidupan, serta kebenaran yang seharusnya terjadi dengan universal bagi pembacanya.

Dongeng ini biasa diceritakan menggunakan gaya bahasa pengibaratan atau perumpamaan.

Di dalamnya juga tak lepas dari kata-kata kiasan yang mengandung makna.

Parabel hadir sebagai upaya untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai kebaikan sebagai pedoman hidup bagi pembacanya.

Hal ini dapat dilihat dari salah satu contoh cerita parabel yang berjudul Hakim Yang Adil.

Parabel ini mengisahkan tentang kebaikan yang diperoleh apabila menjadi orang yang murah hati, bijaksana, ataupun menjadi orang kikir.

Sama halnya dengan cerita Si Malin Kundang yang berpesan kepada pembaca untuk selalu menghormati dan menyayangi orang tua, dalam sebuah farabel selalu mengandung pesan kebaikan di dalamnya.

Selain itu, cerita farabel lainnya adalah Gadis Penjual Korek Api, Pemanah yang Tinggi Hati, Tukang Susu yang Serakah, Nelayang yang Cerdas, dan sebagainya.

3.4.6 Dongeng Jenaka

Hal yang menonjol dari dongeng jenaka adalah sudah pasti mengandung unsur humor, konyol, dan komedi.

Selain itu, dongeng jenaka juga menceritakan tentang kemustahilan, kebodohan, dan kedunguan dari tokoh utamanya, seperti cerita Kabayan dan Pak Belalang, dan Pak Banjir.

Dongeng jenaka merupakan cerita hiburan yang berkembang di masyarakat.

Karena mengandung unsur humor, dongeng jenaka dapat mengundang gelak tawa saat diceritakan.

Meskipun begitu, dongeng jenaka hadir tidak sekadar sebagai hiburan, tetapi juga selalu sarat akan sindiran dan kritik terhadap kehidupan bermasyarakat.

3.5 Cerita Berbingkai

Jenis karangan lainnya adalah cerita berbingkai.

Secara singkatnya, cerita berbingkai atau clock stories merupakan cerita dalam cerita.

Cerita berbingkai berasal dari India, dengan melalui berbagai jalan yang cenderung terdapat di dalam cerita-cerita lain.

Biasanya terdapat seorang tokoh atau lebih yang menceritakan sebuah cerita, dan di dalam cerita tersebut terdapat tokoh yang mengisahkan cerita lain, sehingga cerita menjadi panjang dan sangat luas.

Terdapat dua struktur dalam isi cerita berbingkai, yaitu pokok cerita dan cerita sisipan.

Pada dasarnya cerita berasal dari India tetapi masuk dalam sastra Melayu melalui Arab Persia.

Akibatnya, cerita berbingkai ini dominan dipengaruhi oleh kebudayaan dalam agama Islam.

Tokoh yang diceritakan dapat berupa sosok manusia atau sosok hewan.

Tokoh hewan digunakan menggunakan gaya personifikasi yaitu karakter pasif yang seolah-olah hidup seperti manusia.

Sisipan ceritanya mengandung banyak kiasan dan bersifat romantik.

Cerita berbingkai dimaksudkan untuk menyindir suatu hal.

Dalam alurnya, juga banyak terdapat peristiwa fantasi dan benda-benda ajaib seperti dalam Cerita Seribu Satu Malam.

Beberapa contoh dari cerita berbingkai lain yang terkenal adalah Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Ghulam, dan Hikayat Kalilah dan Daminah.

3.6 Cerita Rakyat

Cerita rakyat termasuk salah satu jenis prosa lama.

Cerita rakyat ini berkembang di masyarakat secara lisan dan turun-temurun sejak masa lampau.

Karena tersebar secara lisan, pengarang cerita rakyat tidak diketahui namanya.

Dongeng ini menjadi khas bagi suatu masyarakat karena memiliki nilai-nilai luhur yang berasal dari sejarah dan kebudayaan yang berbeda-beda pada setiap lingkungan.

Terdapat versi yang berbeda dari satu cerita rakyat di beberapa daerah, sebagai akibat adanya perbedaan budaya setempat.

Sama halnya dengan dongeng lain,cerita rakyat bersifat tradisional dan menghibur.

Contoh cerita rakyat adalah Kisah Dewi Sri, Sang Dewi Padi.

3.7 Prosa Lirik

Prosa lirik merupakan karangan prosa lama terunik dari jenis-jenis prosa lama lainnya.

Karangan ini merupakan jenis prosa yang ditulis dengan menggunakan unsur-unsur yang ada pada puisi.

Pencitraan serta gaya bahasanya yang berirama membuat prosa ini hampir mirip seperti puisi.

Namun, secara sintaksis, karangan ini memiliki ikatan antarkalimat di dalam paragrafnya atau ikatan antarkata di dalam kalimatnya dan lebih berbentuk prosa.

Di Indonesia, gaya bahasa seperti ini tergolong dalam jenis prosa lirik, berbeda pada kesusastraan Barat yang memasukkan tulisan ini ke dalam jenis puisi lirik.

Karakteristik gaya bahasa prosa lirik adalah mengandung citraan dan kata-kata kiasan.

Hal tersebut menimbulkan kesan bahwa pengarang prosa lirik tersebut sangat emosional dan meluap-luap dalam mengekspresikan idenya.

Salah satu contoh prosa lirik adalah Ikan Bakar karya Soni Farid Maulana dan Tentang Hal Memberi Nilai karya Gilang Angkasa.

Ada banyak sekali jenis karangan dalam dunia kesusastraan Indonesia.

Sehingga, tidak dapat dielakkan lagi bahwa Indonesia sangat kaya akan budaya, baik dalam bentuk adat istiadat, kesenian tradisional, hingga sastranya.

Keberagaman sastra ini terjadi karena masyarakat Indonesia berasal suku, agama, ataupun kebudayaan dan kebiasaan yang sangat berbeda-beda.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, minat dan keinginan generasi muda untuk lebih mengenal Sastra Indonesia harusnya semakin tinggi juga.

Sebab, dengan mempelajari dan memahami lebih jauh Sastra Indonesia terutama prosa lama, tercermin jati diri dari setiap daerah tempat karya sastra tersebut lahir.

Maka, diharapkan generasi muda dapat terus melestarikan, menjaga dan mempertahankan bahkan lebih menyuarakan lagi budaya tersebut hingga ke mancanegara.

 

Editor:

Siti Zenar

[/read]