Diksi: Pengertian, Tujuan, dan Contoh yang Benar

Bahasa digunakan sebagai media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan gagasan atau ide secara lisan maupun tulisan. Kemampuan seseorang dalam berbicara dan menulis menentukan dapat atau tidaknya gagasan dapat disampaikan dengan baik. Kemampuan penguasaan kosakata diuji karena seorang penulis harus dapat memanfaatkan kosakata tersebut menjadi rangkaian yang bermakna dan mudah dimengerti.

Keterbatasan dalam pemakaian kosakata dapat mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyampaikan apa yang ia maksud kepada orang lain. Penulis yang baik harus menggunakan diksi yang benar pada penempatan yang tepat sehingga mudah dipahami. Penggunaan kosakata yang berlebihan dapat membuat orang lain sulit mengerti pesan yang disampaikan.

Kalimat Efektif

1. Pengertian Diksi

Diksi mengacu pada pemilihan kata dan gaya seorang penulis dalam menerapkan gagasan/ide. Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Ketepatan dalam pemilihan dan penempatan kata dalam kalimat sangat menentukan keberhasilan sebuah tulisan.

Penulis yang mampu menuangkan gagasannya dengan nuansa kata yang berbeda dari penulis lain adalah penulis yang berhasil. Seorang penulis yang mumpuni akan dapat memadukan kata umum dan kata khusus, abstrak dan konkret, panjang pendek kata, kata populer dan ilmiah, makna konotatif dan denotatif dalam tulisan mereka. Kemampuan ini menjadikan kata yang sedikit, tetapi menakjubkan maknanya.

2. Tujuan Penggunaan Diksi

Pembuatan karya sastra memerlukan teknik yang menggabungkan beberapa aspek, termasuk salah satunya penggunaan diksi. Fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan. Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat.

Tujuan penggunaan diksi secara umum antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih paham mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
  2. Membuat komunikasi lebih efektif.
  3. Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis mau pun terucap).
  4. Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar atau pun pembacanya.

[read more]

3. Hakikat Diksi

Ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan kata agar tepat maknanya. Kedua syarat itu adalah ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan yang dimaksud adalah kemampuan kata untuk bisa mewakili gagasan secara tepat. Sebaliknya, kesesuaian adalah pemakaian kata yang cocok dengan situasi kebahasaan tersebut.

Pada situasi yang resmi, pemakaian kata yang digunakan tentu berbeda dengan pilihan kata yang digunakan saat mengobrol dengan teman. Pemilihan kata yang tepat menjamin terwakilinya maksud secara tepat, sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Hakikat diksi akan efektif apabila pilihan kata yang kita buat, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan memperhatikan pendengar/pembaca dan tujuan yang akan diungkapkan. Seorang penulis sebelum menulis seharusnya dapat menempatkan dirinya seperti pembaca sehingga tidak salah dalam memilih kata.

Ide yang disampaikan dengan kesalahan dalam pemilihan kata akan menyebabkan pembaca atau pendengar tidak merasa nyaman.

Hal tersebut dapat  terjadi seperti contoh kalimat dibawah ini:

Pasien yang sempat masuk rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia sampai saat ini hanya lima orang.

Pemilihan kata akhirnya pada kalimat di atas dapat bermakna bahwa penulis bersyukur atas meninggalnya pasien itu. Kata hanya menunjukkan bahwa nyawa lima orang meninggal tidak berarti apa-apa bagi penulis, tetapi sangat berarti bagi keluarga yang ditinggalkan. Di sinilah kegunaan memosisikan diri penulis sebagai pembaca diperlukan.

4. Keragaman Makna Kosakata Bahasa Indonesia

Penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi lisan hanya terdapat sedikit hambatan komunikasi, namun tidak halnya dengan komunikasi tulisan, terutama penggunaan bahasa Indonesia sebagai ilmu pengetahuan.

Keragaman makna kosakata bahasa Indonesia menuntut penulis dalam perangkaian kata sehingga mudah dipahami maknanya. Kesalahan dalam merangkai kata menjadi kalimat terjadi akibat kesalahan diksi.

Kosakata yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berjumlah sekitar 50 ribu dan glosarium yang mencapai 15 ribu kata tidak memungkinkan seseorang dapat menguasai semuanya.

Menurut penelitian, kebanyakan penulis hanya menggunakan kosakata di bawah 4000 kata. Meskipun hanya menggunakan kosakata sejumlah itu, para penulis tidak mengalami kesulitan untuk mengungkapkan konsep sesuai dengan situasinya.

Jumlah kosakata yang dikuasai setiap orang juga tergantung dari profesi yang ia jalani. Contohnya kosakata seorang sarjana pertanian tidak akan sama dengan kosakata seorang sarjana teknik.

5. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemilihan Kata

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata adalah penggunaan diksi. Oleh karena itu, diksi yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:

  • tepat, mengungkapkan gagasan secara tepat,
  • benar, sesuai dengan kaidah kebahasaan, dan
  • lazim pemakaiannya.

Permasalahan utama dalam pemilihan kata adalah memilih kata yang tepat dari kelompoknya dalam kalimat. Menurut Gorys Keraf, syarat dalam ketepatan diksi, di antaranya:

  • Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.
  • Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat.
  • Membedakan kata-kata yang memiliki ejaan mirip.
  • Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis.
  • Membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar ketepatan diksi terjamin.
  • Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan.

Terdapat sembilan hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kata, antara lain adalah sebagai berikut.

5.1 Makna Denotasi dan Konotasi

Makna denotasi adalah arti kata sebenarnya. Dalam dunia nyata, makna ini memiliki denotasi atau perwujudan sebuah kata. Contohnya kursi dapat dilihat bentuk, bahan, dan modelnya di dunia sekitar kita. Makna konotasi adalah sebuah kata yang memiliki arti lebih dari satu, bisa berarti positif atau negatif, bisa konkret maupun abstrak. Contoh kata kursi yang secara denotatif memiliki wujud, secara konotatif diartikan sebagai kedudukan atau jabatan atau posisi seseorang.

Contoh kalimat kursi yang mengandung makna konotasi adalah

  • Banyak orang menginginkan kursi kepresidenan.
  • Kalau sudah duduk di kursi direktur, seseorang lupa berdiri.

5.2 Bedakan dengan Cermat Kata-Kata yang Bersinonim

Sinonim adalah kata yang mempunyai arti sama dengan kata lain. Kata-kata yang bersinonim berada di dalam satu medan makna. Meskipun bentuk katanya berbeda, namun arti kata-kata tersebut mirip. Contoh kata yang bersinonim, antara lain:

  • Bahagia mempunyai arti sama dengan senang.
  • Matahari mempunyai arti sama dengan mentari.
  • Lezat mempunyai arti sama dengan enak.

5.3 Hindarilah Kata-Kata Ciptaan Sendiri

Kata-kata yang dipakai dalam tulisan hendaknya merupakan kata yang sudah dibakukan atau ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bila penulis hendak memperkenalkan kata ciptaan sendiri harus menggunakan tanda ejaan yang berlaku, misalnya kata baru tersebut diapit oleh tanda kutip dua (“…”).

5.4 Hati-Hati terhadap Penggunaan Kata atau Istilah Asing dan Akhiran Asing

Istilah asing adalah kata yang tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah tempat tertentu, dalam hal ini istilah asing adalah kata atau istilah yang berada di luar bahasa Indonesia. Penulis hendaknya memakai kata yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia saja, tetapi bila diperlukan, penulis dapat memakai istilah asing. Penggunaan kata bahasa asing harus dicermati karena penggalan kata atau imbuhan dalam bahasa tertentu memiliki arti tertentu pula. Contoh padanan kata istilah asing adalah saling-tempel dari asal kata copy paste. Contoh kalimat yang menggunakan istilah asing:

  • Semua data itu telah aku salin-tempel (copy paste) ke komputer perusahaan.
  • Saat libur kuliah, Bara biasanya bekerja sebagai pramuwisata (guide) bagi turis yang tengah berlibur ke Yogyakarta.

5.5 Bedakan Kata Umum dan Kata Khusus

Seorang penulis harus mampu memadukan dan membedakan antara kata umum dan kata khusus. Kata umum yang biasa ada dalam tulisan populer dan kata lain yang juga harus diperhatikan dalam pemilihan kata suatu kalimat adalah bahwa bahasa Indonesia membedakan kata khusus untuk menuangkan makna kajian dalam kata tersebut. Contohnya kata makanan dan pangan merupakan kata umum dan khusus sehingga keduanya digunakan pada kalimat yang berbeda.

5.6 Perhatikan Perubahan Makna Kata

Perubahan makna kata adalah menyempit atau meluasnya makna kata. Penulis harus memiliki kemampuan membedakan nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan. Misalnya kata cendikiawan dulu berarti orang yang mengenyam pendidikan tinggi, tetapi sekarang sebutan cendikiawan dapat ditujukan kepada orang-orang yang memiliki kemampuan dan kepandaian, serta dapat diandalkan (arti meluas).

5.7 Perhatikan Nilai-Nilai Sosial

Ketepatan pemilihan kata harus memperhatikan nilai dan norma-norma sosial di sekitar kita. Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.

Menentukan baik atau buruk maupun pantas atau tidak pantasnya sesuatu harus melalui proses menimbang. Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan sentimen tersendiri atau menimbulkan kesalahpahaman.

5.8 Hindari Penggunaan Kata-Kata Klise

Karya ilmiah merupakan karya terbaru yang akurat, objektif, dan cermat. Oleh karena itu, jangan menggunakan kata yang sering digunakan oleh orang lain. Kata klise adalah kata atau istilah yang terlalu sering digunakan sehingga makna atau efek aslinya memudar.

5.9 Hindari Penggunaan Kata Tidak Baku

Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa yang telah ditentukan, sebaliknya kata baku adalah kata yang sudah benar dengan aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia. Sumber kata baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata tidak baku masih diperbolehkan pada penyajian lisan karya ilmiah, namun dalam tulisan kata nonbaku perlu dihindari.

6. Contoh Diksi yang Salah dan Benar

Untuk memahami kesembilan hal di atas diperlukan latihan sehingga akan terbiasa dalam penulisan dengan diksi. Perhatikan contoh diksi pada kalimat di bawah ini.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mewanti-wanti masyarakat agar berhati-hati terhadap penggunaan kemasan makanan dari bahan plastik.

Kata mewanti-wanti di atas dapat digantikan dengan kata lain, misalnya: memperingatkan, mengingatkan, dan menghimbau. Kata memperingatkan memiliki nuansa makna yang lebih keras daripada kata mengingatkan yang cenderung lemah, dan kata menghimbau cenderung terkesan menggurui. Oleh karena itu, penulis dalam kalimat tersebut lebih memilih kata mewanti-wanti karena bernuansa mengingatkan, namun lebih bersungguh-sungguh.

Pentingnya diksi digunakan agar lebih tepatnya makna yang disampaikan penulis. Agar tidak ada makna yang salah akibat kurang tepatnya penempatan dan pemilihan kata, penulis harus memelajari diksi.

[/read]

1 thought on “Diksi: Pengertian, Tujuan, dan Contoh yang Benar”

Comments are closed.