Biografi Ir Soekarno, Presiden Pertama di Indonesia

Semua masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Ir Soekarno yang merupakan presiden pertama di Indonesia sekaligus Bapak Proklamator Indonesia.

Semasa hidupnya, Ir Soekarno berjuang mati-matian untuk mengusir penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia walaupun harus dipenjara serta diasingkan berkali-kali.

Perjuangannya pun tidak sia-sia, Indonesia berhasil merdeka. Pada tahun 2013 Ir Soekarno bahkan pernah dinobatkan sebagai pemimpin terbaik di dunia.

Ingin tahu bagaimana kisah hidupnya?

Yuk simak ulasan di bawah ini!

Biografi-Ir-Soekarno

Nama Lengkap Kusno atau Soekarno
Kebangsaan Indonesia
Tempat Lahir Surabaya
Tanggal Lahir 6 Juni 1901
Profesi Utama Insinyur dan Politikus,
Prestasi atau Penghargaan Penggagas Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Mempersatukan Nusantara dengan melalui Mosi Integrasi tahun 1951

Membebaskan Irian Barat pada tahun 1962

Mengadakan Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok

Dan masih banyak lagi prestasi lainnya

Soekarno lahir dengan nama Kusno Sosrodiharjo dan mendapatkan julukan “Putra Sang Fajar” karena lahir ketika fajar terbit.

Soekarno lahir sebagai anak kedua dari pasangan Raden Soekemi Sosrodiharjo yang berprofesi sebagai guru dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Bali.

Saat berusia 11 tahun, ia terkena penyakit disentri, tifus, dan malaria secara berturut-turut  sehingga berganti nama menjadi Soekarno.

Semasa hidupnya, Soekarno mempunyai 9 istri yaitu Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar.

Dari pernikahannya tersebut Soekarno dikaruniai 12 anak. Dua anak di antaranya adalah anak angkat dari istrinya bernama Inggit Garnasih.

Pendidikan

Pendidikan-Ir-Soekarno

Saat masih kecil, Soekarno tinggal di Tulungagung, Jawa Timur bersama kakeknya.

Pada tahun 1915, Soekarno sekolah di HBS (Hogereburgerschool) yang merupakan sekolah Belanda. Pada saat itu, ia merupakan satu-satunya pribumi yang sekolah di HBS.

Saat itu, ia tinggal di rumah H.O.S. Tjokroaminoto yang merupakan sahabat ayahnya sekaligus Ketua Partai Serikat Islam.

Di rumah H.O.S. Tjokroaminoto, Soekarno mulai berkenalan dengan pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Ia kemudian memutuskan untuk bergabung ke organisasi Jong Java atau Pemuda Jawa.

Pada tahun 1920, Soekarno tamat dari HBS. Satu tahun kemudian, ia melanjutkan studi dengan berkuliah di THS (Technische Hoge School) atau saat ini lebih dikenal sebagai ITB (Institut Teknologi Bandung) jurusan teknik sipil.

Saat di Bandung, ia tinggal bersama Haji Sanusi. Pada tahun 1925, akhirnya Soekarno menamatkan pendidikannya dan mendapatkan gelar sebagai insinyur.

Masa Pergerakan Nasional

Pergerakan-nasional

Pada tahun 1926 Soekarno muda masuk dalam masa pergerakan nasional dengan mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung.

Organisasi ini menjadi awal mula berdirinya Partai Nasional Indonesia yang kemudian didirikan pada tahun 1927.

Aktivitas Soekarno di Partai Nasional Indonesia menyebabkan ia ditangkap oleh bangsa Belanda pada tahun 1929 dan dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada tahun 1932 Soekarno bergabung dengan Partindo atau Partai Indonesia yang merupakan pecahan dari Partai Nasional Indonesia.

Aktivitasnya ini menjadikan Soekarno kembali ditangkap pada tahun 1933 dan diasingkan ke Flores. Kemudian Ia pun bebas kembali di masa penjajahan Jepang yaitu pada tahun 1942.

Masa Penjajahan Jepang

Pada tahun 1942 sampai 1945 merupakan masa penjajahan Indonesia oleh Jepang.

Pada saat itu pemerintahan Jepang masih belum terlalu memperhatikan tokoh pergerakan Indonesia.

Namun pada akhirnya, pemerintahan Jepang pun mulai memperhatikan beberapa tokoh pergerakan tersebut, seperti Muhammad Hatta, Soekarno, dan masih banyak lagi.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menarik perhatian penduduk Indonesia.

Pada akhirnya tokoh-tokoh nasional Indonesia pun bekerjasama dengan pemerintah Jepang agar dapat mencapai kemerdekaan Indonesia.

Meskipun demikian, ada juga pihak yang melakukan gerakan bawah tanah karena menganggap Jepang berbahaya. Misalnya, Amir Syarifuddin dan Sutan Syahrir.

Soekarno sendiri aktif dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia seperti merumuskan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, dasar-dasar pemerintahan, hingga merumuskan naskah Proklamasi.

Masa Perang Revolusi

Soekarno pun mulai mempersiapkan diri bersama tokoh-tokoh nasional lainnya untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Setelah selesai melakukan sidang BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, panitia kecil, panitia sembilan, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia atau PPKI, dan Soekarno-Hatta akhirnya mendirikan negara Indonesia berdasarkan Undang-Undang 1945 dan Pancasila.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 Soekarno dan Muhammad Hatta dibujuk atau diculik oleh para golongan muda ke asrama pasukan Pembela Tanah Air di Rengasdengklok.

Golongan muda menuntut Soekarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dikarenakan Jepang sudah menyerah sementara pasukan sekutu pun belum tiba.

Namun Soekarno, Hatta, dan tokoh lainnya menolak dengan alasan masih menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.

Setelah berdiskusi akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta diangkat menjadi presiden dan wakil presiden Republik Indonesia oleh PPKI.

Sepanjang revolusi kemerdekaan sistem pemerintahan Indonesia berubah menjadi semi presidensil.

Kemerdekaan Indonesia

Setelah pengakuan kedaulatan atau penyerahan kedaulatan, Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat atau RIS dan Muhammad Hatta sebagai Perdana Menteri RIS.

Jabatan presiden ini diserahkan kepada Mr. Assaat yang kemudian disebut sebagai RI Jawa-Yogya.

Namun dikarenakan tuntutan rakyat Indonesia yang menginginkan kembali negara kesatuan, pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS diubah kembali menjadi Republik Indonesia.

Pada saat itu kabinet dikenal sebagai kabinet seumur jagung sehingga membuat Presiden Soekarno kurang percaya dengan sistem multipartai bahkan ia menyebutnya sebagai penyakit kepartaian.

Tidak jarang pula Soekarno ikut turun tangan untuk menangani konflik militer yang berimbas pada kabinet. Misalnya, peristiwa tanggal 17 Oktober 1952 dan peristiwa yang terjadi di kalangan Angkatan Udara.

Selain itu Presiden Soekarno juga memberikan banyak gagasan di dunia internasional.

Pada tahun 1955 Presiden Soekarno mengadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung karena keperihatinannya terhadap nasib Asia Afrika yang belum merdeka dan belum mendapatkan hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

Pada konferensi Ini menghasilkan Dasasila Bandung dan kota Bandung dijadikan sebagai ibukota Asia-Afrika.

Negara-negara bagian barat dianggap masih mementingkan kolonialisme dan imperialism.

Konferensi Asia-Afrika juga menghasilkan Gerakan Non Blok yang menentang kolonialisme, imperialisme, apartheid, neokolonialisme, rasisme, dan semua bentuk Agresi Militer, dominasi, pendudukan, interferensi atau hegemonik, serta menentang bentuk blok politik apapun.

Jasanya tersebut menjadikan banyak dari negara Asia Afrika yang mendapatkan kemerdekaannya.

Namun, masih ada juga yang mengalami konflik berkepanjangan hingga saat ini.

Beberapa permasalahannya adalah seperti masih dikuasai negara-negara kuat, mengalami ketidakadilan dalam pemecahan masalah, dan masih banyak lagi.

Penghargaan

Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan banyak penghargaan, seperti gelar Doktor Honoris Causa yang diperolehnya dari 26 universitas baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri.

Ia juga memperoleh penghargaan berupa bintang kelas 1 yaitu the Order of the supreme Companions yang didapatkannya dari Tabho Mbeki atau Presiden Afrika Selatan.

Penghargaan ini diberikan karena Soekarno mampu mengembangkan solidaritas secara internasional demi melawan bentuk penindasan dari negara Barat atau negara maju.

Peninggalan

Dulu Soekarno tinggal di sebuah rumah di Jalan Proklamasi atau yang dulunya bernama Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat.

Rumah itu menjadi saksi bisu terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Saat ini rumah tersebut sudah tidak ada lagi dan digantikannya dengan Tugu Proklamasi disertai patung Soekarno Hatta yang sedang membacakan teks proklamasi.

Di dalam rangka untuk memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno yaitu tepat pada tanggal 6 Juni 2001, kantor Fillateli Jakarta kemudian menerbitkan perangko 100 tahun Bung Karno.

Tidak hanya diterbitkan di Indonesia saja, pada tahun 2008 perangko yang bergambar Bung Karno ini juga diterbitkan di negara Kuba.

Saat ini nama Soekarno pun banyak dijadikan sebagai ama gedung, jalan, gelanggang olahraga, dan lain-lain.

Bahkan ada beberapa jalan di luar negeri yang menggunakan namanya ini.

Salah satu contohnya adalah Gelanggang Olahraga Bung Karno yang didirikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan Asian Games IV pada tahun 1962 di Jakarta.

Pada masa orde baru bangunan ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan, tetapi sesuai dengan keputusan presiden Abdurrahman Wahid Gelora Senayan kembali dinamai Gelanggang Olahraga Bung Karno.

Setelah kematian Soekarno, ada beberapa yayasan yang berdiri.

Ada Yayasan Pendidikan Soekarno yang merupakan organisasi untuk membangun Universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno.

Yayasan ini diketuai oleh Rachmawati Soekarnoputri yang merupakan anak ketiga dari Soekarno dan Fatmawati.

Pada tanggal 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan berdirinya Universitas Bung Karno.

Adapun Yayasan Bung Karno yang bertujuan untuk melestarikan atau mengumpulkan benda-benda seni atau non seni milik Soekarno yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia.

Yayasan ini pun telah berdiri pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno yaitu Megawati Soekarnoputri, Guntur Soekarnoputra, Rachmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnoputri, Bayu Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, dan Kartika Sari Dewi Soekarno.

Jatuhnya Soekarno Sebagai Presiden

Walaupun Soekarno telah memberikan banyak jasa bagi bangsa Indonesia maupun internasional, tetapi ia juga bisa mengalami masa kejatuhan yang mana dimulai sejak berpisah dengan wakil presiden Muhammad Hatta pada tahun 1956 dikarenakan pengunduran diri dari dunia politik Indonesia.

Ditambah lagi ada banyak sekali pemberontakan dari separatis yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

Pemberontakan ini pun mengalami puncak saat terjadinya G30S PKI yang mana menjadikan Presiden Soekarno tidak mampu lagi memenuhi impiannya untuk bisa menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang makmur dan sejahtera.

Tidak hanya itu Soekarno pun juga mengalami pengucilan atau pengasingan yang dilakukan oleh Soeharto sebagai presiden pengganti atau presiden kedua Indonesia.

Soekarno yang umurnya sudah cukup tua pun seringkali sakit dan akhirnya wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta.

Jenazah Soekarno kemudian dikuburkan di Blitar dan hingga saat ini menjadi ikon Blitar.

 

Itu dia informasi mengenai biografi Ir Soekarno yang semoga saja bisa dijadikan sebagai pembelajaran atau inspirasi bagi rakyat Indonesia agar terus menjaga nama baik Indonesia.

Terima kasih sudah membaca hingga akhir dan terus kunjungi website Forester Act untuk mendapatkan banyak biografi inspiratif lainnya!