Biografi Asma Nadia, Novelis Berbakat dari Jakarta

Asma Nadia, siapa yang tak mengenal nama itu? Berkat tangan dinginnya dalam menulis, ia sudah menghasilkan banyak karya yang dinikmati oleh masyarakat negeri ini. Bahkan ia sudah dikenal hingga kancah mancanegara.

Salah satu karyanya yang paling melekat di hati masyarakat adalah Surga yang Tak Dirindukan. Novel tersebut berhasil diangkat ke layar lebar bahkan sampai dibuat dalam dua bagian. Namun siapa sangka dibalik prestasinya yang gemilang, Asma Nadia harus merasakan perjuangan yang tidak mudah untuk mencapai kesuksesannya tersebut.

Berikut merupakan biografi dari Asma Nadia yang dapat kita jadikan motivasi dalam kehidupan.

Biografi Asma Nadia

Nama Lengkap Asmarani Rosalba
Kebangsaan Indonesia
Tempat Lahir Jakarta
Tanggal Lahir 26 Maret 1972
Pendidikan Terakhir SMA
Profesi Utama Penulis
Prestasi / Pencapaian Pena Award nominasi buku remaja terbaik nasional tahun 2001, 2002, dan 2005

1. Kehidupan Pribadi

Asma Nadia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, ia memiliki seorang adik bernama Aeron Tomino dan kakak bernama Helvy Tiana Rosa. Mereka bertiga merupakan buah hati dari Amin Usman yang merupakan pria asal Aceh dan Maria Eri Susanti yang keturunan Tionghoa dari Medan. Darah penulis mengalir deras dalam keluarga Asma Nadia, mulai dari kakek dari pihak ayah, saudara kandung, suami bahkan anak-anaknya pun menekuni minat sebagai penulis.

Kesuksesan dan segala mimpi yang dicapainya merupakan buah manis dari perjuangan yang telah dilaluinya dahulu. Bahkan, dia harus merasakan hidup nomaden alias berpindah-pindah karena himpitan ekonomi yang dialaminya.

[read more]

Puncaknya ia bahkan pernah merasakan tinggal di tepi rel kereta api, kawasan Gunung Sahari. Padahal seperti yang kita ketahui tinggal di pinggir rel kereta api merupakan hal yang tidak nyaman karena kebisingannya dan sangat berbahaya karena dapat terjadi kecelakaan sewaktu-waktu. Namun, Asma Nadia yang notabene penulis terkenal sudah merasakan hal tersebut sebelum mencapai titik sekarang ini.

Al-ummu madrasatul ‘ula yang berarti ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya merupakan salah satu ajaran islam yang dijadikan pegangan oleh Asma Nadia. Maria Eri Susanti, sang ibu memiliki kebiasaan tersendiri dalam merawat buku yaitu menyampul buku-buku dengan sampul agar terlihat lebih rapi. Kebiasaan lain yang dicontoh dari Sang Ibu adalah kebiasaannya dalam menulis buku harian.

Hal pahit lain yang pernah dialaminya adalah ia pernah terbentur dari tempat tidur dan keluarganya menganggap hal tersebut hanya angin lalu. Ternyata akibat benturan di kepala tersebut Ia terus menerus kesakitan, akhirnya orangtuanya pun melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa Asma Nadia mengalami gegar otak.

Penderitaannya ditambah ketika jantung dan paru-parunya dinyatakan tidak sehat oleh tim dokter. Penyakitnya tersebutlah yang membuat Asma Nadia tidak bisa terlepas dari obat dokter maupun pemeriksaan rutin ke rumah sakit.

Penyakitnya semakin bertambah parah ketika ia sudah memasuki bangku perkuliahan, oleh karena itu dia tidak dapat merampungkan kuliahnya. Hal tersebut tidak membuat semangatnya dalam menulis padam. Ia tetap menulis walaupun kondisi tubuhnya sedang tidak baik, dukungan dan semangat dari keluarganya lah yang membuatnya tetap semangat dalam menulis.

2. Riwayat Pendidikan

Ia merupakan lulusan dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta dan melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) di Fakultas Teknologi Pertanian. Namun, dia tidak berhasil menyelesaikan bangku perkuliahan dikarenakan penyakit yang dideritanya.

Hal tersebut tidaklah membuat ia pantang menyerah dalam menulis. Tidak dapat menyelesaikan bangku perkuliahan tidak lantas membuat ia tidak belajar kembali. Ia tetap mengikuti les Bahasa inggris dan Bahasa Arab.

3. Keluarga

Asma Nadia menikah dengan seorang penulis bernama Isa Alamsyah pada tahun 1995, mereka memiliki dua orang anak yang bernama Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus.

Teuku Muhammad Usman El Muhammady merupakan kakek dari pihak ayahnya yang berasal dari Aceh, beliau merupakan penulis dan minat tersebut menurun di keluarga mereka.

Asma Nadia tumbuh dalam keluarga yang piawai menulis dari kecil, sehingga tidak mengherankan apabila ia sangat mencintai menulis.

4. Karya Asma Nadia

Sebagian besar inspirasinya dalam menulis didapatkan dari pengalaman orang-orang terdekat ataupun curahan hati teman yang dikirimkan lewat email.

Sebelum ia mulai menulis novel, ia terlebih dahulu telah menulis lirik lagu pada usia balita yaitu Bestari I, Bestari II, Bestari III, Snada The Prestation, Air Mata Bosnia, Cinta Ilahi, dan Kaca Diri.

Bahkan ia juga menulis lirik lagu untuk soundtrack film yang berasal dari novelnya.

Beberapa novel karya Asma Nadia yaitu :

  • 101 Dating: Jo dan Kas (mendapatkan penghargaan Adikarya IKAPI)
  • Aisyah Putri : Aisyah
    Aisyah Putri: Operasi Milenia
    Aisyah Putri: Chat On-Line!
    Aisyah Putri: Mr. Penyair
    Aisyah Putri: Teror Jelangkung Keren
    Aisyah Putri: Hidayah Buat Sang Bodyguard
    Aisyah Putri: My Pinky Moments
  • Assalamualaikum, Beijing! (diangkat ke layar lebar)
  • Catatan Hati Bunda
  • Catatan Hati Seorang Istri (dijadikan sinetron di RCTI)
  • Cinta di Ujung Sajadah
  • Cinta Tak pernah menari (memenangkan Pena Award)
  • Derai Sunyi (mendapatkan penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara)
  • Dialog Dua Layar (mendapatkan penghargaan Adikarya IKAPI)
  • Emak Ingin Naik Haji
  • Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!
  • Jendela Rara
  • Jilbab Treveler: Love Sparks in Korea
  • Lentera Kehidupan
  • Preh (A waiting)
  • Rembulan di Mata Ibu (memenangkan Adikarya IKAPI)
  • Salon Kepribadian
  • Surga yang Tak Dirindukan (diangkat ke layar lebar)

Asma Nadia juga memiliki beberapa karya yang ia tulis dengan penulis lain sebut saja The Jilbab Traveler buku ini menceritakan tentang bagaimana jika seorang muslimah ingin melakukan perjalanan ke luar negeri.

Buku tersebut juga menceritakan mengenai tips traveling untuk muslimah, tips mencari makanan halal dan tempat sholat, dan cerita mengenai muslimah yang melakukan perjalanan ke beberapa negara seperti Amerika, Suriah, Korea, Rusia, Italia, Yunani, Perancis, Belanda, Belgia, Dominika, Jerman, Austria, Turki, Skotlandia dan masih banyak lagi.

Karya lain yang berhasil ia tulis kolaborasi dengan penulis lain yaitu Catatan Hati di Setiap Sujudku, Jatuh bangun Cintaku, Ketika Penulis Jatuh Cinta, Catatan Hati Ibunda, dan lainnya.

5. Organisasi

Selain memiliki kesibukan sebagai penulis, Asma Nadia aktif sebagai anggota ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Ia memimpin sebuah forum yang bernama Forum Lingkar Pena atau yang biasa disebut FLP yaitu forum kepenulisan bagi penulis muda yang berada di Indonesia dan anggota menyebar di seluruh penjuru Indonesia.

Selain itu Asma juga menjabat sebagai direktur di Yayasan Prakasa Insan Mandiri (Prima).

Asma Nadia Publishing House merupakan penerbitan dari Asma Nadia yang telah dirintis sejak tahun 2009. Terdapat keinginan Asma Nadia  dibalik dirintisnya penerbitan itu yaitu ia ingin bukunya bukan hanya sekedar sebagai bahan bacaan saja, tetapi dapat memberikan kontribusi walau kecil dalam proses pencapaian mimpi seseorang.

Ia ingin bukunya dapat memberikan perubahan yang lebih baik walaupun sekecil apapun itu, intinya setiap buku harus memiliki makna tersendiri.

Selain mendirikan penerbitan sendiri, Asma Nadia juga mendirikan Yayasan Asma Nadia yaitu sebuah yayasan dengan fokus utama beramal kepada yang membutuhkan. Setelah mendirikan yayasan tersebut pula lah, ia mampu mendirikan Rumah Baca Asma Nadia yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia.

Yayasan dan rumah baca tersebut digunakan untuk membantu anak-anak kurang mampu dan anak yatim piatu di Indonesia.

6. Prestasi yang Diraih

Prestasi dari seorang Asma Nadia tidak perlu diragukan lagi, terdapat beberapa deretan prestasinya yang sangat membanggakan. Ia sudah sering mengikuti berbagai perlombaan di tingkat nasional ataupun internasional dan berhasil menjadi pemenang.

Bukunya yang berjudul Rembulan di Mata Biru berhasil menjadi pemenang kategori Buku Remaja Terbaik tahun 2001. Dua karyanya yang lain pun berhasil masuk dalam antologi cerpen terbaik di Majalah Annida karena hal itu pula lah ia meraih penghargaan dari Mizan Award.

Asma Nadia bahkan sudah sering menjadi speaker alias pembicara dalam berbagai acara baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Kemampuannya sebagai penulis tidak perlu diragukan lagi, oleh karena itu ia sering melakukan perjalanan sebagai pembicara dalam berbagai seminar. Pada tahun 2009 ia mendapatkan undangan  Writers in Residence dari Le Chateau de Lavigny karena itulah dia melakukan perjalanan keliling Eropa dan menjadi pengisi seminar di berbagai kota di Eropa yaitu Manchester, Berlin, Jenewa, Newcastle dan Roma.

Contoh beberapa karyanya yang berhasil diangkat ke industri perfilman di Indonesia meliputi Assalamualaikum Beijing, Surga yang Tak Dirindukan, Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea, Emak Ingin Naik Haji, dan Rumah Tanpa Jendela.

Asma Nadia sempat diundang sebagai penulis tamu dalam acara Iowa International Writing Program  yang diadakan oleh Universitas Iowa, Amerika serikat.

7. Quotes Terkenal Asma Nadia

Asma Nadia memiliki beberapa kutipan-kutipan terkenal yang dapat dijadikan sebagai penyemangat, antara lain:

  • Aku tak ragu mengatakan, bersama denganmu walaupun sebatas embusan angin kunamai ia anugerah
  • Cinta ada melalui serangkaian proses: perkenalan, adaptasi, kesamaan selera, kebersamaan melewati berbagai ujian, yang kesemuanya mensyaratkan tahapan dan waktu
  • Cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tetapi menerima pasangan kita dengan sempurna
  • Disetiap udara yang kau temukan, di sana akan kau jumpai Allah yang senantiasa mendengar doamu
  • Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bias membuat lelaki bertahan pada satu perempuan
  • Kamu tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain dengan sesuatu yang bahkan sangat membahagiakanmu
  • Kereta api tidak pernah terbang, ia selalu setia pada rel yang dipijak
  • Perlu dua orang untuk merayakan cinta dan kesetiaan, meskipun hanya perlu satu orang untuk menghancurkan jalinan kasih yang dibangun bertahun-tahun
  • Sebab memberikan harapan kepada seorang gadis, sebelum tahu persis apa yang diinginkannya adalah sebuah kejahatan
  • Seorang perempuan tahu dia telah menemukan laki-laki yang tepat untuk melabuhkan hati saat dia merasa nyaman berada di sisinya, bahkan meski sekedar memikirkannya

Itulah biografi mengenai Asma Nadia, seseorang yang sangat berjuang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Walaupun perjuangan itu tidak mudah dan penuh hambatan dalam perjalanannya.

Semoga hal tersebut dapat menginspirasi kita dalam meraih mimpi yang kita inginkan.

 

Editor:

Mega Dinda Larasati

[/read]