Anekdot: Pengertian, Fungsi, Ciri-Ciri, Struktur, dan Contoh Lengkap

“Anekdot adalah cerita singkat yang mengandung unsur humor yang hingga kini masih populer.”

Pernahkah Anda membaca koran atau majalah dan menemukan cerita singkat yang berisi tentang gurauan tetapi berbau kritik? Atau mungkin Anda sering menemukan kritikan di media sosial dengan bentuk yang santai namun berbobot? Mungkin teks tersebut adalah salah satu bentuk dari cerita singkat yang biasa digunakan untuk mengkritik atau disebut sebagai anekdot.

Saat belajar bahasa Indonesia di bangku sekolah, Anda tentu mengenali teks cerita yang seperti ini.

Cerita singkat ini selalu menjadi perhatian di media cetak karena pembacanya tidak akan merasa bosan meskipun sudah dibaca berulang kali.

Melalui teks anekdot, kritikan yang biasa ditujukan untuk layanan publik, sosial, lingkungan, dan politik dibungkus dengan cerita menarik dan lucu sehingga mudah dimengerti.

Ilustrasi Karya Sastra Anekdot

1. Pengertian Anekdot

Pengertian secara umum, teks anekdot adalah cerita singkat yang mengandung unsur lucu di dalamnya serta bermaksud untuk mengkritik sesuatu atau seseorang.

Hal yang umumnya menjadi topik dalam anekdot antara lain layanan publik, lingkungan, sosial, dan bidang politik.

Cerita dalam teks ini dibuat dengan melibatkan orang-orang di dunia nyata, terkenal maupun tidak, sebagai tokohnya dan tempat serta waktu yang mudah diidentifikasi.

Definisi anekdot tidak hanya sebatas cerita singkat, namun mengandung kritikan yang diselipkan unsur lucu.

Meskipun terdapat unsur lucu, anekdot tidak dapat disebut sebagai lelucon karena tujuan utama teks ini adalah untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya atau menggambarkan sifat karakter seseorang dengan pembawaan yang ringan sehingga mudah dipahami oleh para pembaca.

Bentuk dari anekdot dapat berupa percakapan antara dua orang atau berbentuk seperti cerita pendek yang singkat.

Teks ini juga dapat berbentuk monolog singkat seperti yang beredar di Uni Soviet pada zaman dahulu.

Anekdot terkadang berisi sindiran alami.

Sebagai contohnya, anekdot politik yang tersebar sebagai satu-satunya cara untuk mencela dan memperlihatkan kejahatan dari sistem politik dan pemimpin di bawah rezim otoritarian Uni Soviet.

Vladimir Lenin, Nikita Khrushchev, dan Leonid Brezhnev menjadi bahan tertawaan saat itu.

Bahkan saat ini, anekdot yang menceritakan tentang Vladimir Putin sedang meluas jadi bahan tertawaan masyarakat setempat.

[read more]

2. Fungsi Anekdot

Fungsi anekdot sebagai cerita singkat dibagi menjadi dua, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder.

Fungsi primer teks ini adalah sebagai sarana ekspresi ketidakpuasan, kemarahan, dan kejengkelan terhadap suatu hal yang secara umum sudah diketahui oleh masyarakat.

Semantara itu, teks sekundernya sebagai hiburan dengan analogi atau contoh dalam menjelaskan sesuatu.

3. Tujuan Anekdot

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, teks ini memiliki tujuan-tujuan yang menjadi latar belakang bagi penulis untuk membuat dan memublikasikan teks tersebut.

Tujuan anekdot antara lain yaitu:

  • untuk membangkitkan tawa bagi pembaca,
  • sebagai sarana penghibur, dan
  • sebagai sarana kritik.

Setiap cerita anekdot terdapat tujuan utama yang ingin disampaikan.

4. Ciri-Ciri Anekdot

Teks anekdot memang hampir sama dengan cerita humor biasa, namun terdapat ciri-ciri khusus yang dapat membedakan keduanya.

Ciri-ciri anekdot di bawah ini dapat digunakan untuk lebih memahami bentuk dari teks tersebut.

4.1 Berupa Teks Perumpamaan

Pertama, anekdot berupa teks perumpamaan.

Hal tersebut karena anekdot mendekati bentuk dongeng yang ceritanya imajinatif, namun tetap berdasarkan hal nyata yang terjadi di masyarakat.

Tokoh, tempat, maupun suasana dibuat sedemikian rupa agar seperti di kehidupan sehari-hari.

4.2 Menceritakan Tokoh-Tokoh Penting

Kedua, tokoh-tokoh penting.

Teks yang sering digunakan untuk mengkritik layanan publik ini menampilkan tokoh-tokoh penting yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Contohnya orang-orang pemerintahan seperti presiden, politikus, gubernur, walikota, bahkan sampai anggota keluarga sekalipun.

4.3 Terdapat Unsur Humor

Ketiga, terdapat unsur humor.

Lelucon yang biasa terdapat di anekdot tidak seperti pada cerita humor biasa, namun lelucon yang menyindir dan mengkritik.

Guyonan pada teks ini terkadang berkaitan dengan isu-isu dalam negeri yang sudah menjadi rahasia umum.

4.4 Terdapat Kritikan

Keempat, terdapat kritikan.

Salah satu tujuan dibuatnya teks ini adalah untuk mengkritik maupun menyindir seseorang dengan cara yang berbeda.

Melalui anekdot, sindiran yang ditujukan dapat dengan mudah dicerna oleh pembaca.

5. Struktur Anekdot

Seperti teks dalam bahasa Indonesia pada umumnya, struktur anekdot dibuat agar membuat tulisan lebih rapi dan sesuai.

Struktur anekdot terdiri dari abstrak, orientasi, even, krisis, reaksi, koda, dan re-orientasi.

5.1 Abstrak

Pertama, abstrak.

Bagian ini berisi pengenalan serta gambaran awal tentang isi dari teks anekdot.

Biasanya, abstrak berada pada awal paragraf sebagai pembuka.

5.2 Orientasi

Kedua, orientasi.

Setelah diberi penggambaran di abstrak, orientasi menjelaskan tentang awal mula serta latar belakang peristiwa utama dalam anekdot dapat terjadi.

Bagian ini juga memperkenalkan tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang ada di dalamnya

5.3 Even

Ketiga, even. Bagian ini berisi tentang rangkaian cerita atau peristiwa dalam cerita.

5.4 Krisis

Selanjutnya, krisis mengandung inti masalah yang ada di dalam anekdot.

Untuk memecahkan masalah yang ada di bagian krisis, bagian reaksi ada sebagai jalan penyelesaian cerita.

5.5 Koda

Terakhir, koda.

Setelah inti permasalahan yang telah dipecahkan, akan terjadi perubahan atau respon yang dialami oleh tokoh dijelaskan di bagian ini. Re-orientasi berfungsi sebagai bagian penutup atau akhir teks anekdot.

 

Meskipun struktur teks ini banyak dan bermacam-macam fungsinya, hal yang paling dasar dalam sebuah teks anekdot adalah singkat sesuai struktur dan kaidah anekdot.

Seperti teks bahasa Indonesia lainnya, kaidah bahasa perlu diperhatikan agar Anda dapat membuatnya dengan benar. Kaidah kebahasaan anekdot, antara lain:

  • Menggunakan kalimat pertanyaan retorik dengan keterampilan bahasa kreatif dan efektif.
  • Membuat dan menulis sesuai dengan struktur, dimulai dari abstrak dan diakhiri dengan koda.
  • Peristiwa di dalamnya dihubungkan dengan konjungsi dan diurutkan berdasarkan waktu kejadian.
  • Menggunakan kata keterangan waktu lampau.
  • Menggunakan kata kerja atau predikat.
  • Terdapat penggunaan kalimat perintah.

Melalui struktur dan kaidah di atas, Anda dapat mulai membuat anekdot Anda sendiri.

Ciri, struktur, dan kaidah anekdot dapat Anda gunakan untuk membedakan teks ini dengan cerita humor yang beredar.

Inti dari anekdot adalah pesan dan sindiran secara umum yang ingin disampaikan oleh penulis.

6. Contoh Anekdot

Setelah membaca dan memahami penjelasan di atas, Anda perlu membaca karya sastra anekdot untuk dapat lebih mengerti teks ini.

Contoh anekdot di bawah ini berjudul “Sekolah Bertarif Internasial”

 

—–

Sekolah Bertarif Internasional

Bu Guru memasuki kelas satu persatu saat lonceng sekolah berbunyi di Kota A. Bu Guru tersebut berdiri di depan kelas sambil membawa selembaran pengumuman.

“Anak-anak, Ibu punya pengumuman penting dan gembira untuk kalian. Mulai bulan depan, sekolah kita akan berubah status sebagai sekolah bertaraf internasional. Nah, bagaimana? Apa yang akan kalian lakukan untuk menyambutnya?” Bu Guru mengoper lembaran pengumuman untuk dibagikan.

Jono mengangkat tangan. “Saya mau les bahasa inggris buat mendukung belajar dengan taraf internasional, Bu!”

“Bagus, Jono.” Bu Guru senang mendengarnya, dia melirik ke arah Ical. “Kalau kamu Ical?”

“Saya? Saya mau meminta orangtua saya untuk menyiapkan biaya sekolah lebih banyak lagi.”

“Lho? Kenapa?”

“Soalnya dengan bergantinya status sekolah ini menjadi bertaraf internasional maka biaya sekolahnya pun pasti lebih mahal. Iurannya akan lebih tinggi, belum bayar ini itu,” jawab Ical.

Bu Guru mengkerutkan kening. “Kok jawaban kamu sinis sekali? Gini, kalau sekolah kita jadi bertaaraf internasional kan jadinya sama kayak sekolah-sekolah luar negeri. Lebih berkualitas.”

“Tapi, Bu, menurut saya sekolah bertaraf internasional itu sebenarnya punya arti sekolah bertarih internasional,” jelas Ical.

—–

 

Anekdot di atas menceritakan tentang guru yang bertanya kepada murid-muridnya terkait perubahan status sekolah mereka menjadi taraf internasional. Berbeda dengan Jono, Ical memberikan pendapat yang sinis dan tidak mengenakan karena seiring berubahnya status sekolah pasti diikuti dengan perubahan biaya pendidikan.

Anekdot tersebut mengkritik tentang sistem pendidikan yang masih menekankan kepada biaya yang dibebani oleh setiap siswa di dalamnya.

Jika bentuk anekdot di atas seperti cerita pendek, anekdot di bawah ini disajikan dengan bentuk dialog antara dua tokoh dengan judul “Bebas Dari Kemiskinan”.

 

—-

Bebas dari Kemiskinan

Waktunya berdoa untuk membuat negara lebih berkembang dan maju.

Obama bertanya, “Tuhan, kapan negaraku akan terbebas dari kemiskinan?

Tuhan menjawab, “negaramu akan bebas dari kemiskinan 25 tahun lagi”

Mendengar jawaban tersebut, Obama menangis tersedu-sedu.

Lalu, Tonny Abbott bertanya kepada Tuhan, kapan negaraku akan terbebas dari kemiskinan, Ya Tuhan?

Tuhan menjawab, “negaramu akan bebas dari kemiskinan 20 tahun lagi”

Tonny Abbott juga menangis tersedu-sedu.

Giliran Jokowi yang bertanya kepada Tuhan, kapan negaraku terbebas dari kemiskinan?

Mendengar pertanyaan itu, Tuhan langsung menangis tersedu-sedu.

—-

 

Anekdot di atas menceritakan tentang para pemimpin bangsa yang bertanya kepada Tuhan secara bergiliran tentang kemiskinan di bangsanya.

Tuhan menjawab pertanyaan Obama dan Tonny Abbott dengan angka.

Lalu setelah mendengar jawaban tersebut, keduanya langsung menangis.

Tidak dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Jokowi kepada Tuhan, kebalikannya, sebelum dijawab Tuhan yang menangis.

Hal tersebut berarti bahwa Tuhan tidak bisa memprakirakan kapan kemiskinan akan tuntas di Indonesia.

Anekdot ini merupakan sindiran kepada pemerintah terhadap kasus kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat yang tidak terlihat ujungnya.

Di bawah ini adalah contoh lain anekdot tentang pemerintahan dengan judul “Bapak Kasih Makan Apa?”

 

—-

Bapak Kasih Makan Apa?

Bagi Pak Memed memiliki peternakan yang besar bukanlah hal yang mudah. Petugas dari dinas peternakan setempat yang hendak melakukan survei harus diterima baik oleh Pak Memed. Terkadang pertanyaan survei ini membuat Pak Memed merasa frustasi.

Siang ini, salah satu petugas survei juga akan dijadwalkan datang ke perternakannya. Jika Pak Memed tidak berhasil menjawab survei dengan benar, maka Pak Memed harus membayar denda.

Datanglah petugas survei pertama, petugas ini bertanya, “Sapi-sapi yang ada disini, bapak kasih makan apa saja, Pak Memed?”. Pak Memed menjawab dengan percaya diri, “Sudah jelas toh. Sapi-sapi di sini pasti saya kasih makan rumput”. “Apa? Hanya rumput? Tidak bisa Pak Memed, Sapi tidak boleh hanya makan rumput. bapak didenda 1 juta karena hanya memberi makan rumput”, sergah petugas pertama.

Hal tersebut membuat Pak Memed sedih karena harus membayar denda.

Hari berikutnya juga telah dijadwalkan akan ada pemeriksaan peternakan pak Memed oleh petugas kedua. Kali ini Pak Memed tidak mau dikenakan denda lagi sehingga ia sudah menyiapkan jawaban yang bagus apabila ditanya dengan pertanyaan yang sama.

Ternyata benar, petugas kedua juga memberikan pertanyaan yang sama, “Sapi-sapi yang ada di sini, bapak kasih makan apa saja, Pak Memed?”. Dengan tenang Pak Memed menjawab, “Sapi-sapi ini saya kasih makanan enak-enak seperti pasta, keju, burger dan western food lainnya”. Mendengar jawaban Pak Memed, petugas merasa sangat marah. Akhirnya, seperti hari kemarin, Pak Memed didenda lagi sebesar 2 juta rupiah.

Malamnya Pak Memed berpikir keras kira-kira jawaban apa yang paling tepat untuk petugas selanjutnya. Setelah berpikir lama, Pak Memed akhirnya mendapatkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari petugas ketiga esok hari.

“Sapi-sapi yang ada disini, bapak kasih makan apa saja, Pak Memed?”, tanya petugas ketiga.

Pak Memed tidak langsung menjawab, ia mengeluarkan dompet dan mengeluarkan uang sebesar seratus ribu rupiah. Petugas tersebut merasa tersinggung, “Wah bapak mau menyuap saya ya?”. Pak Memed tertawa dengan prasangka dari petugas ketiga ini.

Setelah selesai tertawa, Pak Memed menjelaskan, “Saya tidak ingin menyuap bapak, saya hanya memberikan uang seratus ribu rupiah pada sapi-sapi saya”.

Mendengar jawaban tersebut tentu saja petugas ketiga merasa heran, “Loh, kenapa malah di kasih uang?”. Pak Memed pun menjawab, “Iya Pak, biar mereka bisa beli makan sendiri”.

—-

 

Anekdot di atas menceritakan tentang pak Memed yang saat itu ditanyakan tentang pakan sapi-sapinya. Jawaban pertama, rumput yang dianggap masuk akal malah membuat ia dikenakan denda satu juta. Sedangkan jawaban kedua, yang tidak masuk akal malah membuat ia dikenakan denda yang lebih besar lagi yaitu sebesar dua juta.

Dianggap tidak benar dalam menjalani tugas, akhirnya pak Memed menjawab dengan jawaban yang sangat tidak terduga. Anekdot ini mengkritik kinerja petugas pemerintahan dalam memeriksa saat di lapangan.

Contoh anekdot dengan judul “Hanya Anjing yang Boleh Buang Sampah” di bawah ini ditujukan untuk layanan publik.

 

—-

Hanya Anjing yang Boleh Buang Sampah

Di sebuah desa yang terletak di Bogor bagian selatan, yang dulunya memiliki lingkungan yang sehat dan asri, kini sudah tercemari dengan sampah yang menumpuk di pinggir jalan. Joko, sebagai warga setempat, melaporkan keadaan ini ke pak RT.

“Pak, lingkungan kita yang bersih dan asri sekarang udah gak nyaman lagi karena adanya tumpukan sampah di pinggir jalan sana. Kira-kira apakah bisa bapak menindaklanjutinya?” tanya Joko kepada Pak RT.

“Oh tentu saja. Tenang, sudah saya rencanakan semuanya untuk mengatasi permasalahan kita bersama” jawab Pak RT dengan wajah yang optimis.

Keesokan harinya, Joko melihat papan yang bertuliskan “HANYA ANJING YANG BUANG SAMPAH DISINI” tepat di atas tumpukan sampah tersebut. Melihat papan yang terpasang, akhirnya Joko kembali lagi ke Pak RT.

“Pak, sekarang ada papan yang ada tulisannya di atas tumpukan sampah sana.” Lapor Joko.

“Oh iya, itu saya yang buat. Dengan begitu, tidak akan ada yang buang sampah lagi bukan? Loh wong yang boleh buang sampah cuma anjing dan mana mungkin anjing melakukan itu” jelas pak RT. Akhirnya Joko pulang dengan perasaan kecewa.

Keesokannya, dari kejauhan Pak RT melihat Joko membawa anjing yang menggigit plastik besar berisi sampah. Ternyata plastik tersebut dibuang di pinggir jalan. Pak RT langsung menghampiri Joko.

“Waduh, Joko kok malah buang sampah di sini? Bukannya kamu yang minta solusi dari saya kemarin?” Tanya pak RT dengan nada yang sedikit tinggi.

“Loh, jangan salahkan saya pak. Saya tidak membuang sampah. Kan yang buang sampah itu anjing saya bukan saya.” Kata Joko.

Pak RT terdiam.

“Lagipula kan yang boleh buang sampah disini hanya anjing kan? Ya saya tidak melanggar dong. Yaudah pak saya mau jalan lagi. Selamat pagi pak” kata Joko langsung pergi meninggalkan pak RT.

Pak RT kebingungan terhadap jawaban Joko.

—-

 

Anekdot di atas menceritakan tentang pemimpin daerah yang tidak tepat dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi permasalahan di lingkungan dengan solusi yang ‘nyeleneh’.

Anekdot ini merupakan sindiran kepada pelayanan publik terhadap kasus sampah yang menumpuk di lingkungan masyarakat dengan harapan ditemukannya solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Setelah mengetahui pengertian, fungsi, tujuan, sampai dengan contoh anekdot, sudah saatnya Anda mulai membuat anekdot sendiri.

Hal yang paling penting dalam anekdot adalah unsur humor serta pesan-pesan yang akan disampaikan.

Menggunakan anekdot sebagai sarana untuk mengkritik, membuat pembaca akan dengan mudah memahami dan mengerti apa yang ingin disampaikan karena bahasa yang digunakan ringan.

[/read]